Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Sejarah Bahasa Turki

17.54.00 Add Comment

"Periode 1928 terjadi revolusi bahasa dimana Pemerintah Turki saat itu yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk memutuskan untuk menghapus penggunaan huruf Utsmani dan menggantikannya dengan huruf latin"

(Alfabet Bahasa Usmani, Foto: http://www.risaleforum.com/)

Kuliah dimana?”
“Di Turki”
“Wah pinter Bahasa Arab dong…”
“Bahasa Arab??????”

Cuplikan percakapan tersebut mungkin beberapa kali bahkan sering terjadi kepada kita yang sedang menuntut ilmu atau merantau ke Turki. Tak bisa dipungkiri, masih banyak masyarakat di Indonesia yang membayangkan Turki sama dengan negara-negara yang ada dikawasan  Timur Tengah. Misalnya saja, banyak gurun, ada hewan Unta, ataupun wanita harus bercadar dan pintar berkomunikasi dengan bahasa Arab.

Ealah budhe, gimana bisa ngomong Bahasa Arab lha wong baca Al-Qur’an aja ga semua temen-temen Turkiku bisa, batinku saat berjumpa dengan orang baru.
Kalau anda masih bertanya, jadi dengan bahasa apa jawabannya sudah jelas dan pasti yaitu Bahasa Turki.

Lho memang ada Bahasa Turki? (makanya beli buku Turki yang Tak Kalian Kenal biar lebih tahu).
Secara rumpun, Bahasa Turki ini masih bersaudara dengan Bahasa Jepang dan Bahasa Korea. Ketiganya tergabung dalam rumpun Bahasa Altay. Kalau dilihat dari tata bahasanya banyak ditemukan persamaan terutama pada bagian mencantumkan banyak –akhiran.  Sebagai contoh,  dalam menunjukkan suatu kata yang mengandung arti jamak dalam Bahasa Turki setiap kata benda mendapatkan akhiran –lar atau –ler. Ingin tahu lebih banyak contoh Bahasa Turki? Bisa ditemukan di buku Turki Yang Tak Kalian Kenal.

Dahulu Turki Pernah Memakai Bahasa Arab

Fenomena tersebut pernah terjaadi  ketika Bangsa Turki masih menggunakan Bahasa Utsmani dengan huruf utsmani yang wujudnya dalam alfabet Arab.

Bahasa Turki lahir setelah melewati beberapa fase dalam sejarahnya. Bahasa Turki pertama (İlk Türkçesi) muncull di era kegelapan. Disebut era kegelapan karena tidak ada Bahasa Turkipada  masa itu terutama dalam bentuk tulisan tangan yang tersisa dan dijadikan sebagai bukti . Di era tersebut bahasa yang digunakan adalah Bahasa Altay yang kemudian menjadi cikal bakal Bahasa Turki, Bahasa Korea, Bahasa Jepang, Bahasa Mongolia, dsb. Sebelum terpisah menjadi beberapa bahasa, Bahasa Altay hanya dibedakan berdasarkan dialek yang terbagi menjadi dialek Yakutça dan Çuvaşça.

Masih di era kegelapan Bahasa Turki, muncullah Ana Türkçesi dimana bahasa yang digunakan mulai terlihat perbedaannya dengan Bahasa Altay dan terpisah dan pada akhirnya sebagai bahasa sendiri.
Fase berikutnya adalah lahirnya Eski Türkçesi atau Bahasa Turki kuno pada sekitar abad ke-6 sampai 13. Pada masa ini bisa dikatakan sebagai periode pertama munculnya dokumen tertulis berbahasa Turki. Salah satu bukti keberadaan bahasa turki kuno tersebut dapat ditemukan dalam prasasti Orhun. Teks-teks Turki Kuno dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :


Teks Göktürk : Merupakan teks yang ditulis oleh Bangsa Gokturk diatas batu pada tahun 552-754 M dengan huruf Gokturk yang dikembangkan sendiri oleh Gokturkler. Beberapa prasasti terkenal peninggalan Gokturk diantaranya adalah Kül Tigin, Bilge Kağan Vezir Tonyukuk, dan  Köktürk Yazıtları (Orhun Abideleri).

Teks Uygur : Merupakan peninggalan Bangsa Uygur yang tertulis baik diatas batu maupun kertas dengan pengaruh ajaran Budizm dan Maniheizm. Bahasa Uygur saat ini masih banyak digunakan oleh Bangsa Uygur yang tersebar di Asia Tengah termasuk Uyghur-Xianjiang di Cina.

Teks Karahanlı : Merupakan peninggalan Bangsa Karahan pada tahun  840-1212 M. Bangsa Karahan merupakan pendiri pertama pemerintah dengan pengaruh keislaman  (termasuk penulisan dalam huruf Arab dan menerjemahkan Al-Quran). Terdapat beberapa karya yang dapat ditemukan, diantaranya  Divân-ı Hikmet, Atabetü’l-Hakayık, Dîvânü Lûgati’t-Türk dan Kutadgu Bilig.

Pada abad ke-12 Bahasa Turki mulai menyebar baik ke wilayah barat maupun utara dengan berbagai budaya yang mulai berubah. Perubahan tersebut juga berpengaruh dengan penggunaan Bahasa Turki yang terbelah menjadi Bahasa Turki Barat dan Bahasa Turki Utara-Timur. Bahasa Turki Utara-Timur (Küzey-Doğu Türkçesi) mengalami perkembangan sampai akhirnya terlahir Kazak Türkçesi, Kırgız Türkçesi, Özbek Türkçesi, Uygur Türkçesi dan Tatar Türkçesi. Sedangkan Bahasa Turki Barat (Batı Türkçesi) mengalami beberapa kali revolusi sampai terlahir Bahasa Turki (Türkiye Türkçesi) yang sekarang digunakan sehari-hari oleh masyarakat Turki.

Perkembangan Batı Türkçesi selanjutnya disebut Eski Anadolu Türkçesi yaitu Bahasa Turki yang digunakan oleh masyarakat Anatolia pada abad ke 13-15. Bahasa tersebut juga digunakan sebagai bahasa tulisan pada masa pemerintahan Selcuk, Utsmani dan penulisan dokumen resmi oleh instansi di kawasan Anatolia. Beberapa karya terbaik dengan Eski Anadolu Türkçesi diantaranya adalah Divanı (Yunus Emre), Nushiye (Risatetü), Mevlit’i (Süleyman Çelebi), Garipname (Aşık Paşa) , syair pujian dan sajak yang ditulis oleh Hoca Dehhani.

Lambat laun Bahasa Turki mendapatkan pengaruh dari Bahasa Arab dan Bahasa Persia sehingga pada abad ke 16-20 muncul Osmanli Türkçesi (Bahasa Turki Utsmani). Selain munculnya bahasa serapan, secara tata bahasa juga banyak mengalami perubahan yang berbeda dari bahasa sebelumnya (Eski Anadolu Türkçesi). Peninggalan Bahasa Utsmani masih banyak ditemukan sampai sekarang termasukdalam bentuk manuskrip Ottoman yang banyak dijadikan rujukan untuk mempelajari sejarah kekhalifan Utsmani.

Pada abad ke-19 muncul gerakan bahasa baru yang diprakarsai oleh Ömer Seyfettin dkk dengan terbitnya majalah Genç Kalemler. Penerbitan majalah tersebut bertujuan untuk melahirkan bahasa baru yang berasal dari bahasa lisan (Gaya Istanbul) dengan mengadopsi beberapa prinsip termasuk prinsip untuk menghapuskan pengaruh Bahasa Arab dan Bahasa Persia.

Sampai pada periode 1928 terjadi revolusi bahasa dimana Pemerintah Turki saat itu yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk memutuskan untuk menghapus penggunaan huruf Utsmani dan menggantikannya dengan huruf latin. Selanjutnya pada tahun 1932 terbentuklah Institut Bahasa Turki (Türk Dil Kurumu) yang bertugas untuk menyederhanakan Bahasa Turki lama dan mematangkan kelahiran Bahasa Turki baru sesuai dengan prinsip yang sudah ditetapkan pemerintah saat itu.

Setelah melalui perubahan dari beberapa periode, lahirlah Bahasa Turki (Türkiye Türkçesi) yang disambut sebagai periode Bahasa Turki modern.  Bahasa Turki modern inilah yang digunakan oleh masyarakat Turki sampai sekarang dan yang juga menjadi bahasa pengantar di sekolah atupun universitas di seluruh Turki.
(Alfabet Bahasa Turki, foto:/www.izlesene.com)

Selain Bahasa Turki yang digunakan oleh masyarakat Turki, didalam periode Bahasa Turki modern ini juga lahir Bahasa Turki baru yang digunakan oleh orang Azerbaijan (Azeri Türkçesi) dan orang Turkemenistan (Türkmen Türkçesi).  Meskipun tidak sama persis 100%, akan tetapi dari ketiga bahasa tersebut masih memiliki beberapa persamaan terutama dalam perbendaharaan kosakata yang terpengaruh dari bahasa terdahulu. Jadi jangan heran jika memiliki teman asing yang datang dari kedua negara tersebut bisa mempelajari Bahasa Turki lebih cepat daripada kawan-kawan dari negara-negara lain terutama Indonesia.



Semoga penjelasan diatas bisa memberikan pencerahan dan pengetahuan bahwa pelajar di Turki tidak semuanya bisa Bahasa Arab (dan tidak harus bisa) karena memang tidak menggunakan Bahasa Arab melainkan dengan Bahasa Turki baik di lingkungan sosial maupun akademik. 



Roida Hasna Afrilita
Tim redaksi Turkish Spirit, mahasiswi Jurusan Ilmu Pendidikan Bahasa Turki di Canakkale Onsekiz Mart Univeristesi, Canakkale Turki. Pelajar Indonesia asal Magelang Jawa Tengah ini memiliki minat pada konsep dan menejemen pendidikan dan pengajaran. Instagram @roidanana.

Misriani, Gelin Indonesia Pertama di Turki?

11.57.00 1 Comment

"Pertam kali, saya belalajar kata ‘Ben’ (saya), dan ‘Sen’ (kamu, anda). Saya berhasil menyesuaikan dan mempelajari dua kata ini."

[Ilustari. Foto: http://www.vogue.es/]
Sebagai negara yang memiliki sejarah dan peradaban besar, Turki selalu menjadi pilihan destinasi bagi para wisatawan. Salah satunya adalah para pelancong dari kawasan Asia, termasuk negara kita Indonesia. Seiring waktu, Turki bukan hanya dikenal sebagai tujuan wisata bagi Indonesia, tetapi menjadi salah satu negara yang cowok-cowoknya mulai digandrungi oleh sebagian gadis Indonesia. Di antara gadis-gadis yang dipersunting pria Turki, ada seorang ibu yang ditengarai sebagai perempuan pertama yang menikah dengan pria Turki. 

Pernyataan di atas tentu saja butuh diklarifikasi untuk memastikan data, tetapi berdasarkan kronik tahun, Ibu Misriani, wanita asal Banyuwangi, Jawa Timur, mungkin saja menjadi gelin (menentu perempuan) yang masuk generasi kids zaman old. Misriani pernah diwawancarai oleh salah satu media Turki Senoz Deresi tentang cerita hidupnya selama berada di Turki sejak tahun 1985. Berikut ini adalah terjemahan dari wawancaranya yang telah diterbitkan pada 16 Desember 2011.

Misriani lahir pada 22 Agustus 1968 di Banyuwangi adalah bungsu dari tiga bersaudara. İa menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Kemudian pada tahun 1985 ia tiba di Turki, saat itu usianya 17 tahun. Sebelumnya, Misriani bekerja di sebuah kapal dan bertemu dengan Ismail, pria berkewarganegaraan Turki yang berasal dari kota kecil Çayeli yang berada di Provinsi Rize—wılayah Laut Hıtam. Ringkas cerita, Ismail menikah dengan Misriani dan memulai kehidupan baru di Kota Çayeli. Sebagai seorang gelin—istilah yang digunakan untuk warga asing yang menikah dengan warga negara Turki, ia sudah lama sekali tidak mengunjungi İndonesia dan merasa sangat rindu dengan tana airnya. Meryem Şahin, jurnalis dari Senoz Deresi berjumpa langsung dengan Misriani dan berbincang tentang pengalamannya tinggal di Turki.

Meryem Şahin: Kita mulai dengan cerita tentang kedatangan anda dari Indonesia ke Çayeli. Bagaimana perjumpaan anda dengan suami?

Misriani: Nama suami saya, İsmail. Saat datang ke Indonesia, ia bermaksud untuk memulai bisnis. Di waktu itu, saya juga sedang mencari pekerjaan sebagai penerjemah. Dan awalnya, Ismail adalah teman dari paman saya. Sejak momen itu kami pertama kali bertemu satu sama lain.

Meryem Şahin: Bagaimana respon keluarga anda tentang pekerjaan tersebut? Karena untuk melepas seorang anak perempuan ke daerah yang jauh dari kampung halamannya bukanlah hal yang mudah. Apakah anda menikah dengan restu dari mereka?

Misriani: Sebenarnya saya tidak menyampaikan semua hal tentang ini (pekerjaan). Karena awalnya kakek saya berpikir tempat ini sangat jauh. Tetapi, akhirnya saya mendapatkan persetujuan tentang apa yang saya inginkan.

Meryem Şahin: Sepertinya itu adalah sebuah keputusan yang berani, penuh pertimbangan. Karena anda sama sekali tidak mengetahui bahasa dan budaya tempat yang anda kunjungi.

Misriani: Sebenarnya suami saya pernah berujar kepada saya bahwa kami akan tinggal di Indonesia,  begitu ujarnya. Ia mengatakan akan menata dan mengurus bisnisnya di sana (Indonesia). Saya pun menyetujuinya. Akan tetapi dalam waktu selanjutnya, hal tersebut tidak terjadi. Sampai dengan 15 hari setelah itu, kami memutuskan untuk ke Istanbul. Kemudian kami berangkat menuju ke Rize di kota Çayeli.

Meryem Şahin: Bagaimana pertama kali anda tiba di Turki? Apa saja pengalaman yang anda rasakan?

Misriani: Di Istanbul, saya pertama kali melihat secara langsung salju. Rasanya sangat aneh. Butuh  waktu bagi saya untuk menyesuaikannya. Kami berada di Istanbul selama dua hari. Setelah itu kami menuju ke kota Ankara, tepatnya ke kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk pengurusan izin tinggal di Turki. Akan tetapi, pihak KBRI tidak bisa memberikan izin tinggal kepada saya karena usia saya yang masih muda. “and tidak akan bisa mendapatkan izinnya”, dan menyampaikan bahwa saya akan dikembalikan ke Indonesia. Namun, saya tidak menolaknya.

Meryem Şahin: Bagaimana perasaan anda saat tiba di Rize? Bagaimana respon orang-orang di sana? Apakah ada kabar tentang kedatangan anda di Çayeli?

Mirsiani: Setelah tiba di Istanbul, suami saya, Ismail, mencari rumah. Setelah itu rampung, baru kami berkabar. Hari pertama tiba di Rize, saya menikmati sarapan (kahvaltı) khas Turki yang telah disiapkan. Akan tetapi, di kampung halaman saya di Indonesia, untuk sarapan kami biasanya mengonsumsi nasi dan lauk lainnya. Saat sarapan, bahkan saya tidak mengambil satu pun makanan. Dan itu sangat aneh bagi beberapa orang yang ada pada saat itu. “Hey, Ismail. Ia membawa beberapa buah biji kacang”. Dan dalam situasi tersebut, saya sama sekali tidak paham apa yang sedang dibicarakan. Hari pertama ke rumah (di Çayeli), “pengantin—orang asing, telah datang, begitu ujar beberapa orang”. Jalanan di sekitar tempat tinggal sangat ramai oleh warga yang datang. Mereka sangat penasaran dengan saya. Hari itu rasanya sangat berat dan tersulit yang pernah saya alami.

Meryem Şahin: Apakah anda melangsungkan pesta pernikahan?

Mirsiani: Tidak. Hanya menikah saja. Pesta pernikahan diselenggarakan ketika kembali lagi ke Turki. Di Indonesia, kami tidak bisa menikah secara resmi karena ada peraturan yang mengharuskan memiliki kartu identitas sebagai warga negara saat usia 18 tahun.  Saya membawa ijazah SMA ke sini (Turki). Saya mendapatkan passport dengan ijazah dan selanjutnya menikah. Namun, kami harus menunggu sampai satu tahun untuk pernikahannya.

Meryem Şahin: Ketika anda telah menjadi pengantin, apakah anda tinggal bersama kerabat anda?

Mirsiani: Iya. Kami sudah tujuh tahun tinggal bersama. Di Indonesia, kami memiliki keluarga besar. Dan ketika saya ke sini, saya merasa sangat kesepian. Pada enam bulan pertama, saya tinggal bersama suami, Ismail. Selanjutnya selama 13 bulan setelahnya Ia bekerja di kapal. Saya tidak akan pernah melupakan hari-hari saat tak bersamanya. Saya merasa seperti seorang anak yatim.

Meryem Şahin: Kapan persisnya anda memperoleh kewarganegaraan Turki?

Mirsiani: Dua tahun setelah saya di Turki.

Meryem Şahin: Berapa orang anda sekarang?

Mirsiani: Saya memiliki empat orang anak. Tiga orang laki-laki dan seorang perempuan. Anak laki-laki tertua namanya Bilal, kuliah di Yıldız Tehnical University jurusan teknik perkapalan. Ali dan Ahmet masih SMA. Dan yang terakhir, Meryem, masih kelas lima sekolah dasar (SD).

Meryem Şahin: Anda memiliki budaya dan jenis makanan yang sangat berbeda dengan Turki. Apakah sulit untuk beradaptasi dan menyesuaikannya?

Mirsiani: Di Indonesia kami lebih sering memasak nasi dan sayur. Ketika pertama kali tiba di sini, saya hanya memasak nasi dan mengambil beberapa sayur yang ada di kebun. Kemudian mengolahnya menjadi sayuran untuk dimakan.

Meryem Şahin: Apakah anda tahu cara memasak?

Mirsiani: Tidak. Semuanya saya pelajari di sini.

Meryem Şahin: Makanan apa yang pertama kali anda buat?

Mirsiani: Saya pertama kali belajar memasak dengan suami. Saat itu, ia memasak ‘mimci muhalama’ (makanan khas Rize). Pada hari selanjutnya, saya mencoba untuk membuat Mimci Muhalama. Hasilnya tidak terlalu bagus, namun suami memuji dan menyukai masakan saya. Hal itu membuat saya sangat bersemangat untuk terus belajar memasak. Dan saya mendapatkan dukungan dari suami.

Meryem Şahin: Apa hal tersulit yang anda jumpai di Rize?

Mirsiani: Di Indonesia, kami bercocok tanam padi dan jagung. Dan ketika saya di Rize, saya paham bagaimana caranya mengumpulkan daun Teh, bercocok tanam di kebun ataupun beternak sapi. Saya telah belajar dan mendapatkan Rahmat, petunjuk dari Allah SWT. Dan perlahan saya menyukai kegiatan bekebun.

Meryem Şahin: Apa hal teraneh yang anda jumpai di Rize?

Misriani: Di sini saya pertama kali menjumpai minuman yogurt yang dicampur dengan jeruk (orange). Di Indonesia, kami hana memproduksi susu sapi. Sebenarnya Yogurt adalah minuman yang sama sekali tidak saya ketahui. Butuh waktu untuk menyesuaikannya. Di sini, saya menjumpai rumah kayu yang sangat berbeda dengan tempat tinggal saya di Indonesia. Biasanya, kami hanya membuatnya dari Bambu. Inı disebabkan cuaca panas yang ada di Indonesia. Di sini, saya juga melihat cara orang berbicara dengan suara yang tinggi (kencang), itu juga yang sulit bagi saya. Kami terbiasa berbicara dengan suara yang lembut, tidak kencang. Saya terkejut dengan situasi yang saya hadapi ketika semua orang di sini berbicara sambil berteriak.

Meryem Şahin: Apa kata pertama yang anda pelajari?

Mirsiani: Pertam kali, saya belalajar kata ‘Ben’ (Saya), dan ‘Sen’ (Kamu, anda). Saya berhasil menyesuaikan dan mempelajari dua kata ini.

Meryem Şahin: Kapan anda belajar berbicara dengan bahasa Turki?

Mirsiani: Saya merampungkannya selama satu tahun. Saya tidak akan pernah melupakan Emine.Ia telah banyak mengajari bahasa Turki kepada saya. Dan saya berhutang budi kepadanya.

Meryem Şahin: Apakah anda masih bisa berbahasa Indonesia?

Misriani: Saya bisa katakan, saya telah lupa dengan bahasa ibu saya. Lebih banyak campur aduk dengan kata-kata dalam bahasa Turki. Mungkin karena sudah lama tidak mempraktikannya, akhirnya lupa.

Meryem Şahin: Apakah anda masih berkomunikasi dengan kerabat anda?

Misriani: kakek saya telah wafat. Saya mengetahuinya lewat surat yang disampaikan oleh paman dan bibi. Saya tidak tahu dimana kedua orangtua saya. Karena sejak kecil, saya juga tidak mengetahui keberadaannya. Di sini, saya menjumpai seseorang yang bekerja sebagai perawat. Namanya Faridah. Dan kami berjumpa di desa Yomra yang terletak di kota Trabzon.

Meryem Şahin: Apakah anda pernah berkunjung ke Indonesia lagi?

Misriani: Tidak. Saya tidak memiliki waktu untuk ke sana.

Meryem Şahin: Apakah anda ingin ke sana?

Misriani: saya ingin sekali ke Indonesia. Tetapi sangat tidak mungkin. Saya sangat rindu untuk berjumpa lagi dengan paman dan bibi. Juga melihat kebun dan tempat kelahiran saya.

Meryem Şahin: Jika dalam sebuah pertandingan antara Turki dengan Indonesia. Manakah yang akan menang?

Misriani: Tentu saja, Indonesia.

Catatan: Misriani tidak berkenan fotonya dipublikasi.

[Didid/Redaksi TS]



Masal Masal İçinde: Turki, Negeri Dongeng

18.49.00 1 Comment

"Dongeng sebagai makna lugas dan leksikal, cerita yang diwariskan kepada anak cucu. Bahkan di Turki, kepada para pelajar. Sesederhana membaca dongeng, fiksi yang laris dan menjadi kegemaran di Turki ternyata bisa berguna sebagai media ‘aktualisasi diri’."

(Buku: Masal Masal İçinde, Karya Ahmet Ümit. Foto: Goodreads)

Banyak orang mencoba membayangkan bagaimana sebenarnya wujud dari negara Turki, hingga mereka masuk pada kesimpulan tentang negara yang mirip seperti negeri dongeng. Hal ini disebabkan karena panorama alam yang sangat indah beserta jejak sejarahnya yang sangat mashur dan menjadi daya pikat yang luar biasa bagi para pelancong dan pelajar. Bahkan dewasa ini, Turki masih menjadi pilihan untuk destinasi utama wisata sejarah, arkeologi ataupun tentang riset ilmu pengetahuaan pada bidang sosial politik, kebudayaan, agama, budaya dan sastra.

Turki, selain perwujudan perkembangan dalam negeri yang cukup cepat, di dalamnya justru tersimpan hal-hal yang esensial. Ada dongeng yang lebih bermakna bagi banyak pemudanya. Dongeng sebagai makna lugas dan leksikal, cerita yang diwariskan kepada anak cucu. Bahkan di Turki kepada para pelajar. Sesederhana membaca dongeng, fiksi yang laris dan menjadi kegemaran di Turki ternyata bisa berguna sebagai media ‘aktualisasi diri’. Banyak yang tidak tahu dan tidak ingin tahu tentang hal-hal sederhana seperti ini. Padahal, justru dari sinilah individu hingga sebuah bangsa bisa belajar tentang negaranya. 

Sebuah buku dongeng Turki favorit yang terbit pada tahun 1995 berjudul “Masal Masal İçinde” pun memiliki pesan eksplisit yang demikian. Dongeng ini memiliki pesan yang mendalam agar kita keluar dan berkelana, mencari ilmu pengetahuan dengan melihat keadaan yang sebenarnya di berbagai tempat. Bertemu orang sampai tantangan yang berbeda-beda. Apapun gelar dalam diri kita, idealnya tidak harus membatasi proses untuk belajar. Justru yang lebih penting adalah terus mengasah simpati dan kepekaan, berpikir-bertindak sederhana namun tegas dan cerdas, serta meluruskan rasa percaya diri dan keingintahuan.

“Masal-masal İçinde” sendiri merupakan sebuah buku dongeng yang ditulis oleh penulis novel tersohor Turki, Ahmet Ümit. Ia merupakan novelis akhir abad 20 yang masih aktif dengan karya-karya yang terus saja dinanti. Pria kelahiran Gaziantep ini sudah menerbitkan banyak karya. Beberapa karya sastra Ahmet Ümit yang terkenal di antaranya adalah Sokağın Zulası (The Street's Secret Hiding Place, 1998), Sis ve Gece (Fog and Night, 1996), Kar Kokusu (The Fragrance of Snow, 1998), Beyoğlu Rapsodi (Beyoğlu Rhapsody, 2003), Kavim (Tribe, 2006). Secara umum, karya-karyanya bercerita tentang kehidupan sosial dan perenungan yang terjadi dalam masyarakat Turki.

“Masal” sendiri merupakan bahasa Turki yangg bermakna “dongeng”, sementara “içinde” berarti “di dalam”. Secara harfiah, Masal Masal İçinde bermakna ‘Di dalam dongeng-dongeng’. Cerita dalam dongeng ini menyimpan pesan yang besar, berjangka panjang, namun terkadang sering terlupakan. Buku ini adalah satu dari beberapa buku sastra wajib untuk pelajar SMA di Turki. Namun demikian buku ini tetap dapat dinikmati berbagai kalangan dan masyarakat umum. Untuk memotivasi para pelajar untuk menekuni bidang literasi, ada satu pesan yang selalu disampaikan oleh pengajar, "karena sastra tidak mengenal usia,” demikian kata seorang dosen bahasa Turki yang seperti umumnya mewajibkan mahasiswa berbagai jurusannya untuk membaca buku-buku sastra, termasuk dongeng.


“Masal Masal İçinde” pun dapat menjadi referensi untuk siapa saja yang ingin mengasah kemampuan bahasa Turki. Seperti karya-karya sastra lain di Turki, buku ini dapat menambah pengetahuan kosa kata dan skill sastra, karena gaya bahasa serta penggunaan Osmanlıca atau bahasa Turki lama masa Ottoman dalam beberapa bagiannya. 


Sonia Dwita
Bergabung dengan tim Turkish Spirit. Calon mahasiswi S1 Journalism Studies, Selçuk University, Konya, Turki. Saat ini sibuk menikmati kelas persiapan bahasa Turki. Pernah aktif menjadi jurnalis remaja di Koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Concern dan turun tangan pada isu pendidikan dan lingkungan. Jatuh hati pada dunia seni khususnya musik, sejak belasan tahun silam. Sonia hobi menulis catatan harian juga puisi, kadang dibagi di blog pribadinya di sini.

Galeri dan Museum Seni Terbaik di Istanbul

22.54.00 2 Comments

.....dengan kesadaran seni postmodern atau avant-garde

[Modern Istanbul Mesum. Foto: http://1tb.iksv.org/venues/istanbul-modern/]
Istanbul adalah salah satu kota tua di Eropa yang menyimpan banyak karya seni. Di antara kota-kota di Turki yang secara langsung bersentuhan dengan kemajuan dan kesadaran ilmu pengetahuan dan kesenian, Istanbul menjadi kota yang terdepan di Turki. Bagi Anda yang mencintai seni, jangan lewatkan 10 museum terbaik bisa dikunjungi di Istanbul berikut ini.

Istanbul Modern

Istanbul Modern adalah galeri seni di sebuah gudang besar di tepi Bosphorus, salah satu galeri seni paling menonjol dari galeri kontemporer Istanbul. Di sini pula dihelat acara-acara kesenian internasional dan Biennale. Ada pameran permanen yang menyajikan sejarah seni Turki modern kepada para pengunjung. Galeri ini terletak di Meclis-i Mebusan Caddesi. Liman İşletmeleri, Sahasi Antrepo 4, Karaköy, +90 212 334 7300, www.istanbulmodern.org. Anda bisa masuk dengan uang tiket sekitar TL14 (£ 5).

Galeri Manâ
[Mana Galeri. Foto: http://www.cornucopia.net]
Ini galeri tergolong baru. Dibangun tahun 2011 oleh kurator terkenal Turki-Amerika Suzanne Egeran. Nama Manâ berasal dari bahasa Turki untuk "makna", dengan mempromisikan integrasi ide seni konseptual dari Turki dan pekerja internasional. Acara pengukuhan galeri ini menampilkan seni ide (idea-led art) yang diprakarsai langsung oleh Sol LeWitt dan Robin Rhode. Pada acara pembukaan, Galeri Manâ menampilkan pameran karya seniman peraih-banyak penghargaan asal Berlin Nasan Tur dengan serangkaian karya fotografi berupa gerakan tangan bertopik politik. Galeri ini berlokasi di Jalan Ali Pasha Değgirm Thani 16-18, +90 212 243 6666, www.galerimana.com. Tiket gratis.

Garasi Istanbul

Terkenal dengan nama garajstanbul, terselip di antara jalan curam dan berundak di belakang Beyoglu. Garasi adalah contoh dari kinerja seni ruang kontemporer untuk seni non-profit seni. Pernag mengadakan festival seni pertunjukan tentang diktator dan korupsi, yang menyerukan "permainan politik". Tempat ini disokong oleh keramaian Taksim dengan bar dan klub malam sehingga membuat orang mudah dikunjungi. Di samping itu, ada galersi kesenian ini diramaikan oleh acara-acara kompetisi seni dan konser dari band-band indie. Garasi Istanbul terletak di Kaymakam Reşat Bey Sokak 11, +90 212 244 4499, alamat websitenya www.garajistanbul.org. Harga tiket tergantung acara pertunjukan.

Rodeo

Rodeo dianggap salah satu ruang seni yang paling menarik di Istanbul, menampilkan seni berkualitas tinggi dan berkelas internasional, dengan kesadaran seni postmodern atau avant-garde. Kurator Sylvia Kouvali awalnya mewakili seniman dari Turki, Yunani dan Siprus sebelum pindah ke acara yang lebih regional dan kemudian terkenal di tingkat internasional. Di sini Anda akan menemukan segala instalasi asli terdiri dari puluhan warna air dengan re-kontekstualiasi yang super, potongan siap pakai yang diambil dari buku-buku lama dan album foto. Galesi ini seperti ini memberikan ruang yang fantastik bagi pertunjukan multidisiplin dan kesenian mutakhir, seperti seniman Cevdet Erek yang pernah menampilkan potongan-potongan karpet tergantung di dinding. Anda bisa masuk dengan gratis. Radeo bertempat di Lüleci Hendek Caddesi 12, Tophane, +90 212 293 5800, kunjungi www.rodeo-gallery.com.

Galerist

Galerist diklaim sebagai representasi eskotik Istanbul dengan meringkas kota tua tersebut ke dalam sebuah lanskap galeri seni, bertempat di Misir Aparmani, konsep bangunan abad ke-19 dengan desain indah di Beyoğlu. Galeri ini istimewa tidak hanya karena dipenuhi 360 bar dan klub di lantai atas tapi sekaligus menjadi salah satu galeri terbaik di kota Istanbul. Selama satu dekade terakhir, Galerist telah menyelenggarakan proyek fotografi oleh desainer Hüseyin Caglayan dan seniman lukis hiper-realistis Taner Ceylan. Anda mungkin tidak butuh berpikir ruwet di sini untuk menikmati keelokan karya seni di Istanbul, tapi secara umum Anda akan berdecak kagum, istimewa dan... keren! Galeri ini berlokasi di Misir Aparmani 163/4, Istiklal Caddesi, Beyoğlu, +90 212 244 8230, www.galerist.com.tr dengan tiket masuk gratis.

Arter

Galeri Arter mempunyai subjudul sederhana tapi komprehensif: "Ruang untuk Seni." Setelah melakukan banyak pameran karya seni, galeri yang bertempat di distrik paling sibuk di Istanbul Istiklal Caddesi itu dengan cepat mendapatkan reputasi sebagai platform yang cerdas untuk seni Turki. Meskipun besar, terang dan remang, Galeri Arter diatur seperti studio dari sebuah museum dan mendorong produksi pameran spesifik, seperti sebuah pertunjukan instalasi yang pernah dilakukan Deniz Gül dengan menghadirkan peti mati dan lemari. Sebagai wajah dari sebuah yayasan budaya yang besar didukung oleh salah satu kelompok bisnis terbesar Turki, Arter mempunyai koneksi internasional yang kuat, termasuk galeri kembarnya, bernama Tanas, di Berlin. Galeri ini terletak di Istiklal Caddesi, Beyoğlu, +90 212 243 3767, www.arter.org.tr. Tiket mask gratis.

Galeri Nev

Terletak di lantai atas Galeri Galerist, sebuah galeri dengan konsep yang berbeda bernama Galeri Nev, didirikan di Ankara pada tahun 1980. Galeri ini ingin menggabungkan seni baru Turki dengan volume sejarah seni dan catalog seni Turki. Galeri ini terletak di Maçka Caddesi 33, B Maçka, +90 212 231 6763; Istiklal Caddesi 163, Misir Apartment 5th Floor, Beyoğlu, +90 212 252 1525, www.galerinevistanbul.com, dengan tiket masuk gratis.

Museum Pera

Ini sebuah gedung museum yang lengkap dengan ruang galeri. Anda yang menyukai seni dan berkunjung ke Istanbul, museum ini adalah spot yang tak boleh dilewati. Koleksi utama sebenarnya adalah lukisan-lukisan dengan karakter oriental dan barang-barang tua-berat seperti ubin Ottoman. Namun demikian, penyuka seni modern juga perlu menikmati karya-karya seniman terkemuka seperti Picasso, Botero dan Chagal. Anda bisa menikmati pertunjukan dari atas ke bawah, dengan lantai cerah, putih, dan ruang museum yang dipoles indah-artistik. Di samping itu ada pemutaran rutin film-film asing klasik. Pera terletak sekitar sepelemparan batu dari salah satu hotel tua-terkenal bernama Pera Palace Hotel di Istanbul. Pera Museum beralamat di Mesrutiyet Caddesi 65, 34443 Tepebasi, Beyoğlu, +90 212 334 9900, kunjungi juga www.peramuzesi.org.tr, dengan biaya masuk sekitar TL12 atau £ 3,50.

Santral Istanbul

Terletak di lingkungan yang lebih hijau daripada Tophane dan lebih damai daripada Beyoğlu, galeri Santral Istanbul ini surga yang terletak di Golden Horn. Kurator menyatukan pameran sebagai pelajaran eklektik internasional, dari arsitektur Jerman ke desain Italia dan dari seni kontemporer Kolombia, dengan fokus sesekali untuk mata pelajaran tentang elektrik yang diajarkan di Bilgi University, yang menempati sebagian besar pembangkit listrik yang dikonversi sejak era Ottoman. Di siang hari, blok baja dan kaca berbentuk kubus yang membentuk ruang galeri yang gelap dan memaksakan dari luar, tetapi pada malam hari, ketika diterangi, mereka seperti hadir untuk hidup. Santral Istanbul terletak di Eski Silahtarağa Elektrik Santrali, Kazim Karabekir Caddesi 2, Eyüp, +90 212 311 7878, www.santralistanbul.org dengan tiket masuk sekitar TL12  atau £ 3,50.

Yapi Kredi Kültür Merkezi
[Pameran di Yapi Kredi. Foto http://www.narsanat.com/]

Yapi Kredi bukan hanya terkenal sebagai penerbit buku berkelas dan bank di Turki, mereka juga mempunayi pusat seni dan budaya yang sangat elegan. Sebenarnya ada beberapa perusahaan holdings lainnya di Turki dengan mempunyai cabang khusus di bidang kesenian. Lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pameran di sini, meskipun penuh dengan desain eklektik, tetap sangat mengesankan. Galeri seni dua kamar tersebut biasanya menyajikan keseimbangan bagi seni arkeologi (teks-berat dan pendidikan), seni fotografi dan seni kontemporer. Galeri ini terletak di Istiklal Caddesi 161, Beyoğlu, +90 212 252 4700, www.ykykultur.com.tr dengan biaya masuk gratis.

(@_bje/bjeben)

Ekspansi Roti Rakyat Istanbul

18.49.00 Add Comment

Roti adalah makanan yang sangat lekat dengan konsumsi masyarakat Turki

[Salah satu gerai roti milik İHE]
Sebagai kota terbesar di Turki dengan populasi penduduk yang mencapai 14,7 juta jiwa (per Desember 2016), Istanbul selalu menghadirkan hal-hal yang menarik. Wisata sejarah dan budaya merupakan aspek yang sangat utama dan mudah ditemui di tanah bekas Kesultanan Usmani ini. Selain wisata tersebut, pemerintah kota Istanbul juga memberikan kemudahan dan subsidi kepada masyarakatnya, salah satunya adalah roti yang dikenal dengan nama halk ekmek. Roti adalah konsumsi utama masyarakat Turki. Meskipun demikian, ada juga jenis makanan lain seperti nasi ataupun masakan lokal yang umumnya terbuat dari tepung gandum.

Pada Februari 2017 lalu, perusahaan roti milik pemerintah, İstanbul Halk Ekmek (İHE) merilis telah membuka sebanyak 564 büfe (kios/gerai) di seluruh sudut kota dan pelosok İstanbul. Dalam tagline “Sağlıklı Ekmek, İstanbul Halk Ekmek 564 Büfe ile Hizmetinizde!” (Roti sehat, IHE melayani dengan 564 gerai), pemerintah berusaha memberikan pelayanan yang terbaik dan terjangkau untuk para konsumennya. Halk Ekmek juga tersedia di seluruh kota besar di Turki. Pemerintah daerah masing-masing menyediakan gerai dan pelayanan penjualan roti dengan harga rata-rata separuh lebih murah dari harga roti produksi umum.

Sebagai informasi, ada banyak gerai yang juga menjual roti. Dan rata-rata adalah milik perorangan ataupun perusahaan swasta.

Sebagai perusahaan yang telah berdiri sejak Februari 1971, İHE kini semakin dekat dan melayani konsumsi roti di İstanbul. Dengan tiga pabrik yang ada di wilayah Edirnekapı, Cebeci, dan Cevizli, gerai İHE kini mudah ditemui di beberapa wilayah dan sekitar permukiman warga. Juga dalam varian dan olahan yang beragam. 

*İstanbul Halk Ekmek : 


Didit Haryadi
Pimpinan Redaksi Turkish Spirit. Mahasiswa master program Sosiologi di Istanbul University. Person In Charge untuk Indonesia Turkey Research Community (ITRC) di Istanbul.

Eskişehir dan Negeri Dongeng Sazova

22.00.00 Add Comment

Sebanyak sembilan dari pilar bangunan Sazova ternyata memiliki makna untuk mewakili ikon dari beberapa kota lain di Turki

[Sazova Kultur Park. Foto Foro: www.seyahatdergisi.com]
Turki adalah negeri yang memiliki sejarah besar dan menyimpan cerita yang menarik untuk ditelusuri. Hampir semua nama kota di Turki memiliki makna masing-masing. Salah satunya adalah Eskişehir. Secara etimologis, Eski berarti tua dan Şehir berarti kota. Jadi, Eskişehir secara harfiah bermakna Kota Tua.

Meski bernama Eskişehir tak membuat kota ini benar-benar menjadi Kota Tua. Asal nama ini bermula saat Sultan Kesultanan Seljuk, Kılıçarslan II menaklukkan kota yang dahulu disebut sebagai Dorylaeon. Saat Kılıçarslan II masuk ke Dorylaeon, Kılıçarslan II mengatakan 'burası bizim eski şehrimiz' - 'inilah kota lama kita'. Kılıçarslan II berkata demikian dikarenakan kota Dorylaeon dahulu pernah ditaklukkan oleh Kesultatan Seljuk, tepatnya oleh ayahnya Kılıçarslan I, namun kemudian kota ini direbut kembali oleh Kekaisaran Romawi Timur hingga Kılıçarslan II kembali menaklukkannya.

Sebagai salah satu kota yang memiliki peran penting dalam sejarah Republik Turki, Eskişehir memiliki daya tarik yang tidak kalah dengan kota lain seperti İstanbul, Konya, Ankara dan İzmir. Kota yang berlokasi di wilayah İç Anadolu ini bisa ditempuh dengan jalur darat dari İstanbul dengan menggunakan bus ataupun kereta cepat. Jarak tempuhnya variatif. Jika menggunakan bus sekitar lima jam perjalanan dan kereta cepat selama 1,5 jam. Eskişehir juga dikenal dengan sastrawan besar yang bernama Yunus Emre yang lahir di Eskişehir dan besar melalui perjalanan di Turki. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah Divan, yang berisi kumpulan syair tentang refleksi kehidupan masyarakat Turki pada abad ke-13 sampai abad ke-14. Syair-syair Yunus Emre banyak berpesan tentang makna perdamaian, toleransi dan kerukunan antar masyarakat Turki yang datang dari berbilang sukubangsa dan agama.

Eskişehir juga kota yang sangat ramah untuk pejalan kaki. Tata kota yang cukup bagus dan rapi dengan perpaduan sokak (jalanan menyerupai gang), bahçe (taman) dan  mağzalar (pertokoan) adalah keindahan yang sangat mudah dijumpai. Selain itu, jalur tramway yang rapi dan membelah jalanan diantara çarsı (pasar) merupakan suasana yang mampu menambah estetika tata kotanya.Eskişehir dikenal pula dengan sebutan sebagai kota industri. Sejak awal tahun 1930-an, Eskişehir adalah kota industri yang memproduksi mobil dan lokomotif Turki. Maka tidak heran, jika banyak dijumpai sisa cerobong asap yang sangat besar dan menancap di tengah kota.

Pemandangan ini sekaligus menandai memori sejarah tersebut. Ada beberapa lokasi wisata yang bisa dikunjungi di kota yang khas dengan makanan çibörek ini. Diantaranya adalah Museum Arkeologi Eskişehir (ETİ Arkeoloji Müzesi), Yılmaz Büyükerşen Balmumu Heykeler Müzesi, Eskişehir Kurtuluş Müzesi dan Sazova Bilim Sanat ve Kültür Parkı. Salah satu objek wisata yang paling sering dikunjungi di Eskişehir adalah kastil yang berada di dalam Sazova Bilim ve Kültür Parkı. Secara harfiah, kata Sazova berasal dari bahasa Rusia yang bermakna lumbung. Bangunan yang berdiri kokoh di taman kota ini diresmikan pada 4 April 2012. Sepintas, arsitektur bangunan ini mengingatkan pengunjung dengan Katedral Santo Basil yang berada di Lapangan Merah, Kota Moskow, Rusia. Sazova Sanat ve Bilim Sanat ve Kültür Parkı terletak di pinggiran Kota Eskişehir.

Salah satu hal yang paling menarik dari bangunan kastil Sazova adalah bahwa sebanyak sembilan dari semua pilar bangunan Sazova ternyata memiliki makna untuk mewakili ikon dari beberapa kota lain di Turki. Sembilan menara tersebut adalah, Galata Kulesi (İstanbul), Yivi Kule (Antalya), Sinderela Kulesi (İstanbul), Kız Kulesi (İstanbul), Çan Kulesi (Diyarbakır), Topkapı Sarayı (İstanbul), Ulu Kule (Mardin), Adalet Kulesi (İstanbul) Burgulu Kule (Amaşya) dan Yavru Kuleler.

Secara tersirat, adanya kombinasi dari ikon menara dari beragam kota di Turki dalam bangunan kastil Sazova sendiri melambangkan persatuan Turki dalam satu bangunan yang kokoh dan indah. Ketika masuk ke dalam bangunan kastil Sazova tersebut, suasana di dalam bangunan ini akan membawa pengunjung menelusuri sebuah negeri dongeng sekaligus menyelami indahnya masa kanak-kanak. Maka tidak heran, banyak sekali orangtua yang mengajak anak-anaknya untuk datang ke lokasi ini.

Pengunjung anak-anak hanya perlu membayar 2 lira, sedangkan pengunjung dewasa membayar 5 lira untuk masuk ke dalam kastil. Kastil Sazova menawarkan pengalaman yang menarik bagi para pengunjungnya untuk mengalami dongeng yang hidup. Dongeng-dongeng semisal tentang Nasruddin Hoja dan Sinderella dapat dinikmati oleh pengunjung anak-anak dan dewasa secara hidup melalui peranan aktor dan suara-suara yang dimainkan dalam kastil tersebut. Untuk menempuh dongeng-dongeng tersebut hingga selesai, biasanya pengunjung akan menghabiskan waktu sebanyak 30-45 menit. 

Akhirnya dengan Kastil Sazova, Eskişehir menawarkan sebuah pengalaman yang berbeda untuk memahami dongeng dan cerita kehidupan baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Eskişehir sebagai kota pendidikan hendak memberikan sebuah cara baru untuk memaknai cerita-cerita dongeng rakyat sehingga menjadi inspirasi bagi generasi masa depan.


Didit Haryadi
Pimpinan Redaksi Turkish Spirit. Mahasiswa master program Sosiologi di Istanbul University. Person In Charge untuk Indonesia Turkey Research Community (ITRC) di Istanbul.

Setangkai Mawar di Süleymaniye

12.00.00 Add Comment

Masjid Süleymaniye ternyata menyimpan luka dan kesedihan

[Kompleks Masjid Suleymaniye Istanbul. Foto: Koleksi Tim TS]
“Karena Süleyman  Khan adalah penakluk tujuh iklim, namanya disebut tidak hanya di sini (di Masjid Süleymaniye), tetapi di (....) khutbah Jumat. Dan di semua wilayah-wilayah Islam , tidak ada bangunan yang lebih kuat dan lebih solid daripada Süleymaniye.  Seluruh arsitek setuju mengenai ini dan juga di mana pun tidak ada kubah ber-enamel (ditutupi ornamen/hiasan) seperti ini.”
--Evliya Çelebi dalam buku Seyahatname

Siapa pun yang pernah datang ke Istanbul, lalu menjenguk kompleks Süleymaniye, hampir pasti tidak akan pernah membantah pernyataan Evliya Çelebi  di atas, yang ditulis pada abad ke-17. Sejauh mata memandang, Masjid Süleymaniye merupakan sebuah perayaan besar atas periode agung kekuasaan Sultan Süleyman al-Kanuni, atau yang oleh catatan Venezia disebut sebagai Sultan Süleyman Yang Megah (The Magnificient).

Para sejarawan menganggap bahwa periode kekuasaan Sultan Süleyman (1520-1566), sebagai abad kemegahan, abad kejayaan dan abad keemasan dari dinasti Usmani yang dibangun di akhir abad pertengahan. Bahkan Sultan Süleyman pun kerap dianggap sebagai Imam Mahdi, yakni juru selamat.

Siapa yang menyangka jika periode kebesaran Sultan Süleyman yang ditunjukkan oleh kemegahan arsitektur kompleks Masjid Süleymaniye ternyata menyimpan luka dan kesedihan. Ada luka, di balik kemegahan. ‘Luka’ itu tak akan terasa jika kita berada di dalam masjid, namun akan terasa jika kita memasuki kompleks makam Masjid Süleymaniye, tepat berada di samping masjid.

Di sana dimakamkan banyak pembesar Usmani, para pejabat, ulama, serta keluarga-keluarganya. Tentu saja terdapat makam Sultan Süleyman, dan isterinya, Hurrem. Di situ kesedihan bersemayam, di antara nisan-nisan indah.
Displaying Ornamen Mawar Patah pada makam Fatma Hanim_foto pribadi.jpg
[Makam Fatma Serif Hanim. Foto: Penulis]
Sebuah makam begitu memukau, dengan keindahan ornamen dan batu nisannya. Batu nisan makam tersebut nampak menggambarkan seperti seorang gadis berhijab, namun di sisi lain dari nisan terdapat sebuah ukiran mawar yang patah. Penulis sempat menyalin tulisan Osmanlıca (Bahasa Turki Usmani) yang menjelaskan siapakah gerangan yang bersemayam di sana. Berikut salinannya:

Kabir (....) merhum Abdullah Galib Paşa hafidesi ve Selanik Şark’tan  Mustafa Fevzi Bey’in on yedi yaşında iken vefat eden (.....) Fatma Şerif Hanım’ın kabiridir. Ani zamir şu taş’ın (....) yatan (....) kebiirin an ve afif (....) (....) ve en güzellerinden biri idi (....) ecl on yedi yaşında su toprağa serdi yegane emel olduğu ailesinin kalibina  (....)-den mevt’un henüz (....) iken kopardığı  bu (....) çiçeğin  (....) ve malumat (...) mümtaz hasan akhlaq ve namus’a misal idi ruh ma’sumun içun fatiha (13 Kanunsani 1325).

Menurut interpretasi penulis, ini adalah sebuah makam dari seorang gadis belia bernama Fatma Şerif Hanım, cucu dari Abdullah Galib Paşa, kemungkinan besar keluarga Fatma berasal dari Salonika Timur.  Namun malang sungguh, Fatma harus meninggal di usianya yang sangat masih belia, yaitu 17 tahun. Penulis belum mengetahui apa yang menyebabkan Fatma begitu cepat dipanggil oleh Allah swt, namun dari epigrafi pada batu nisannya terlihat keluarga begitu bersedih atas kepergian Fatma yang masih belia.

Di situ tertulis “ini merupakan batu (nisan) terindah, dia (Fatma) sudah ditinggalkan di tanah dalam kedinginan dan kesendirian”. Untuk itu keluarga memesan batu nisan dengan lambang sebuah ukiran mawar yang patah untuk menyimbolkan bahwa Fatma adalah perempuan yang baru saja tumbuh sebagai gadis yang cantik tetapi Allah swt sudah ‘memetiknya’ dari dunia yang fana ini di usianya yang sangat belia. Mengapa kematian yang menyedihkan justru dirayakan oleh seni batu nisan yang begitu indah dan megah?

Dalam kebudayaan Ottoman dan Turki, batu nisan bukan hanya menunjukkan kematian, tetapi juga menunjukkan sebuah kehidupan. Kematian dan kehidupan bersatu dengan damai di tengah-tengah kota Istanbul. Bahkan seorang arkeolog Jerman mengatakan “ Bagi orang Turki, tidak ada yang dicintai daripada kuburan”.

Hingga kini di Istanbul kita dapat menyaksikan kompleks-kompleks pemakaman kuna seperti di Karacaahmet Üsküdar dan di kompleks Eyüp Sultan. Dan orang-orang Turki tampak tak segan untuk beraktifitas dan bersosialisasi dekat dengan kuburan-kuburan tersebut.Terkadang banyak restoran-restoran dan kafe, di kawasan wisata Istanbul, berada berdekatan dengan kuburan. Tak ada masalah dengan yang sudah tiada.
Displaying Pemakaman di kompleks Kucuk Ayasofya Istanbul_foto pribadi.jpg
[Permakaman di Kompleks Kucuk Ayasofya Camii. Foto: Penulis]
Kesenian batu nisan pada zaman Usmani, merupakan warisan dari kebudayaan Turki pra-Islam di mana corak antropomorfik. Hal ini diperlihatkan pada bentuk-bentuk batu nisan yang menyerupai tubuh manusia, khususnya makam lelaki. Biasanya pada makam lelaki terlihat seperti manusia sedang memakai sorban atau Fez. Sementara pada makam perempuan lebih banyak dihias dengan motif bunga-bunga.  Bagaimanapun bagi, orang Turki, kematian, kehidupan, kesedihan, seni dan keindahan adalah hal-hal yang tak dapat terpisah.
Ah mine’l-Mevt! Fena’dan Bakaya eyledi rihlet’


Frial Ramadhan
Penulis adalah Alumni S2 Ilmu Sejarah di Universitas Istanbul, Turki. Menekuti dan meneliti kajian-kajian sejarah Usmani.

Musim Dingin di Laut Tengah

23.00.00 1 Comment

Masyarakat pedesaan Turki selalu menghadapi musim dingin dengan penuh persiapan


 
[Ilustrasi dongeng Ağustos Böceği dan Semut. Foto: http://www.zamanvadisi.com]

Setiap anak SD di Turki pasti mengenal kisah “Ağustos Böceği ile Karınca”. Alkisah ada seekor jangkrik (Ağustos böceği, bahasa Inggris: Cicada) yang sepanjang musim panas kerjanya hanyalah bersenang-senang menabuh alat musik sambil bernyanyi. Sementara semut (karınca) dan keluarganya di saat yang sama bahu membahu mengumpulkan makanan untuk persediaan musim dingin. 

Singkat cerita, musim dingin yang membekukan jiwa raga pun akhirnya tiba, Ağustos böceği merasa dingin dan lapar, sadar tak punya persediaan makanan, ia pun dengan malu mengetuk pintu keluarga Karınca untuk meminta belas kasih. Berhikmah kepada cerita Ağustos Böceği dan Karınca, masyarakat pedesaan Turki selalu menghadapi musim dingin dengan penuh persiapan. Bukan seperti penduduk perkotaan semacam Istanbul yang cukup berbekal uang, apapun bisa dibeli.

Di desa, keperluan hidup terutama makanan harus diproduksi sendiri. Selain karena tempat membeli kebutuhan cukup jauh dari rumah, penduduk desa juga sudah terbiasa swasembada, ada semacam kebanggaan memproduksi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Bahkan penduduk desa mampu men-supply anak-cucunya yang hidup di kota, dengan bahan makanan yang mereka produksi itu.

Makanan kering dan makanan yang diawetkan selalu dibuat dan disimpan dengan seksama di kamar penyimpanan. Demikian juga kayu bakar untuk tungku penghangat wajib diperbaharui stoknya ketika musim panas mulai berakhir.
Saya melihat sendiri keseharian masyarakat desa Çakallar Köyü, Kotamadya Alanya, Provinsi Antalya. Tangan-tangan kaum wanitanya tidak pernah berhenti bekerja. Sepulang bekerja dari ladang, ada saja pekerjaan yang digarapnya, dari mulai mengupas kacang sampai mengawetkan daun anggur untuk persediaan yaprak sarma (condiment dari daun anggur yang diisi beras berbumbu dan kemudian direbus).
Hasil Kebun yang Diawetkan

[Membelah cabai untuk kemudian dikeringkan dan dijadikan bahan biber salçası. Foto: Pribadi]
Segala macam hasil kebun sayur dan buah-buahan tak pernah dibiarkan membusuk lalu mubazir. Kol, wortel, cabe, semua diawetkan menjadi acar. Jeruk, tin, ayva (bhs. Inggris: quince), strawberry, dijadikan selai. Tak ketinggalan terong, cabe paprika besar, dikeringkan untuk nanti diisi dengan beras berbumbu guna dijadikan masakan dolma biber dan patlıcan dolması. Paprika besar, daun mint, oregano dan basil juga dikeringkan dan dihaluskan untuk bumbu masak.
Tomat dibuat pasta tomat, disebut salça, bumbu masak dasar untuk semua masakan Turki. Pernah menyantap İskender kebab? Saus merah diatasnya itu adalah salça. Cabe paprika merah juga diolah menjadi salça cabe, alias biber salçası.  Kacang Almond dikumpulkan dan dikeluarkan dari kulit kerasnya. Demikian juga walnut. Kacang hazelnut yang mashur sebagai campuran Nutella itu sayangnya hanya ada di daerah Laut Hitam.  
Buah tin dikeringkan, disebut gebik. Cara memakannya adalah, selembar buah tin kering diisi kacang almond, dimakan bersamaan. Enak sekali disantap sembari menonton televisi dan minum teh di hari-hari dingin berangin kencang.
Jangan lupakan zaitun, yang sangat penting kedudukannya baik sebagai minyak maupun buah zaitun yang sudah digarami dan siap menemani sarapan setiap pagi. Setiap penduduk rata-rata memiliki kebun zaitun dan kebutuhan mereka akan minyak terpenuhi dari situ. Sangat jarang mereka mengkonsumsi minyak jagung yang dijual massal di pasar dan toko-toko. Setiap keluarga juga memiliki metode pembuatan acar zaitun sendiri-sendiri yang mereka banggakan.

Bawang Bombay dan Kentang yang Esensial 


Tiada masakan tanpa bawang bombay. Demikian juga tiada sarapan tanpa kentang goreng ataupun kentang rebus yang disajikan sebagai salad kentang. Kentang juga setia hadir di menu makanan utama dalam bentuk kentang pure, kentang dioven bersama ayam, sebagai pendamping köfte, dan entah apa lagi. Pendek kata, bawang dan kentang wajib hukumnya selalu ada di dapur keluarga. Seorang ibu rumah tangga bisa gundah gulana ketika kehabisan bawang bombay dan kentang. Oleh karenanya, di kamar penyimpanan makanan penduduk kampung laut Tengah selalu tersedia satu keranjang besar kentang dan bawang bombay hasil panen sendiri.
Memperbarui Simpanan Kayu Bakar dan Menyalakan Soba

[Soba di dataran tinggi Yayla. Foto: onedio.com]
Ketika sudah masuk bulan Oktober, hawa menjadi semakin dingin dan berangin kencang. Penduduk mulai mengumpulkan kozalak, yaitu bunga pinus, yang berguna sebagai bahan bakar semaver, alat pemasak teh bertungku mandiri.
Di suatu hari tertentu, anak beranak biasanya mengendarai mobil truk kecil yang disebut kamyonet, lengkap dengan alat-alat untuk menebang pohon. Tujuannya ke ladang sendiri, memotong ranting-ranting pohon, perdu yang batangnya keras, dan bahkan menebang pohon milik sendiri yang sudah tidak produktif.
Semua diangkut ke dalam bak kamyonet dan mungkin masih ditambah perjalanan menyusuri hutan pinus untuk memungut ranting dan atau membeli kayu bakar yang dijual oleh Departemen Kehutanan, yang biasanya disusun di pinggir jalan. Menebang pohon di hutan hukumnya yasak alias terlarang. Tapi Departemen Kehutanan memiliki penjualan sendiri untuk kayu bakar ke masyarakat. Kayu bakar ini disebut odun.
Sangat penting memiliki stok kayu bakar kering yang cukup guna menghadapi musim dingin. Karena menyalakan pemanas listrik tidaklah cukup untuk menghangatkan seluruh rumah. Terlebih pemanas ruangan yang disebut soba itu, juga bisa dipakai sebagai tungku memasak sekaligus oven juga untuk mematangkan masakan, memanggang kue, memanggang terong, cabe, dan kacang kestane (chestnut).
Setelah stok kayu bakar menumpuk manis di ahır (gudang/kandang keledai), maka soba pun mulai di install. Soba terdiri dari soba itu sendiri dan pipa-pipa penyalur asapnya yang kemudian dihubungkan ke sebuah lubang di dinding yang terhubung ke cerobong asap di atap (baza)untuk pembuangan asap sisa pembakarannya
Soba tidak dipasang sepanjang tahun, kira-kira hawa sudah menghangat, biasanya diakhir maret, soba dilepas dan dicuci kemudian dibungkus lagi dengan plastik tebal dan disimpan di sebuah sudut di ahır atau di kamar sepen, berkawan dengan keranjang kentang di sudut yang lain.
Bersih-bersih rumah dilakukan secara marathon, dengan mengangkat karpet dan mencucinya di ırmak (lubuk sungai), diangkut dengan kamyonet. Capek? Tentu saja, tapi jangan lupakan bersenang-senangnya juga, mandi-mandi di ırmak dan mangal (barbeque) sambil menunggu karpet kering di bebatuan. Ah, orang desa memang tak pernah absen dari keriaan sederhana yang paket lengkap, Mereka bisa gembira dengan hal-hal yang sederhana nan hemat.
Selanjutnya usta (ahli) cat juga dipanggil untuk mengecat ulang interior rumah yang menjadi kusam akibat asap soba yang tak ayal ada yang lolos diseputar pipa soba.
Membuat Persediaan Roti
[Membuat ekmek atau roti. Foto: Pribadi]
Makanan pokok mereka, roti, yang disebut ekmek, diproduksi sendiri pula. Rotinya bukan seperti roti buatan bakery, namun berbentuk lembaran yang sangat lebar dan sangat tipis, dibuat diatas wajan cekung yang disebut saç. Ekmek ini bisa disebut yufka juga. Namun bedanya ekmek orang Laut tengah ini dibuat kering dan crispy, bukan lembut dan lentur seperti yufka yang dijual di toko.
Pembuatannya sendiri sangat khas dan boleh dibilang festive sekali. Hari pembuatan ekmek tidak boleh bentrok dengan tetangga, berhubung tenaga tetangga juga diperlukan untuk membantu. Jadi biasanya saling janjian hari apa di si anu membuat ekmek.
Sebelumnya tepungnya harus siap dulu. Bisa 10 kg atau lebih sekali membuat. Tepung ini juga tidak didapat dari membeli di toko, melainkan dari gandum yang di panen di ladang sendiri, dan dikonvesi menjadi tepung di değirmen alias penggilingan tepung.
Bahan bakunya hanya tepung, garam, dan air. Itu saja. Tentunya sejumlah baskom plastik besar, dan tenaga yang kuat untuk menguleni sekian puluh kilo tepung. Gelin alias menantu perempuan biasanya yang bertugas menguleni. Gelin yang lain, kalau ada, akan menyalakan api unggun di luar rumah. Biasanya tempat membuat ekmek berupa patio yang sekelilingnya terbuka atau berdinding setengah. Jika hawa sudah masuk musim dingin, harus ditutup rapat dari arah angin bertiup karena akan mengganggu stabilnya api.
Adonan akan diistirahatkan sambil menyiapkan apa-apa yang perlu di sekeliling api unggun, yaitu yang pertama karpet tua untuk alas duduk para wanita selagi bekerja. Lalu dingklik untuk yang bertugas menjaga api sambil membalik adonan di wajan kwalik. Selanjutnya berbagai meja bulat kecil untuk menggiling adonan, penggilas adonan, sac alias wajan kwalik, secukupnya kayu bakar, semaver, yaitu alat untuk memasak teh dengan bahan bakar bunga pinus, plus tehnya, teko teh, gula, gelas-gelas, sendok, pisau, oven tray bulat besar,minyak zaitun, bawang Bombay, herba daun seperti mint, parsley, tomat, cabe. Lho untuk apa? Untuk treat sehabis membuat ekmek. Wow, semakin penasaran, kan?
Kerabat dan tetangga sekitar pukul 8 pagi akan datang memakai celemek masing-masing dan baju yang sudah tua, karena niatnya mau berkotor-kotor dengan adonan tepung. Langsung ke saung TKP, çardak dalam bahasa Turki,  dimana api unggun sudah menyala berkat sepotong besar kayu yang dikelilingi ranting-ranting kering. Perlu dua orang wanita untuk mengangkat  baskom raksasa berisi adonan ke lokasi.
Semua mengambil posisi sesuai keahliannya. Pekerjaan membuat ekmek ini adalah contoh kerja estafet yang mumpuni. Satu orang bersiap di dingklik dekat api, di tangannya ada ranting kecil untuk membalik roti. Satu orang membulat-bulatkan adonan, satu orang mengambil satu bulatan dan ditabur tepung diatasnya, lalu menggilasnya berkali-kali hingga ketipisan tertentu.
Adonan yang sudah tipis dioper ke orang yang lain untuk ditipiskan lebih lanjut hingga transparan tapi tidak sobek, akhirnya orang ini dengan keahlian yang teruji menempatkan adonan supertipis ini di wajan kwalik. Executioner disamping wajan akan mematangkan si adonan tipis secara merata dan membaliknya sekali, lalu meletakkannya di nampan besar.
Demikian seterusnya hingga ekmek terbentuk menjadi stack yang meninggi. Oh ya jangan lupa, semua kegiatan ini berlangsung dibumbui obrolan ringan nan renyah tiada henti, tanpa mengurangi kecepatan kerja tangan mereka yang sudah tingkat ahli.
Ekmek yang sudah meninggi akan diangkut ke dapur, ditempatkan dalam lemari khusus, ekmek dolabı, yang pintunya dari kawat halus. Gunanya supaya ekmek tidak lembab sehingga tetap awet.
Cara makannya bagaimana? Kan kering kerontang? Oh gampang saja, letakkan kain yang disebut sofra,  lalu selembar ekmek, ciprati air minum secara merata, lalu letakkan selembar lagi dan ciprati lagi, biasanya maksimal 4 lembar dalam satu sofra. Lalu sofra ditutup dengan cara mengumpulkan keempat  sisinya. Ekmek dalam keadan sudah diciprati air didiamkan selama 15 menitan.
Ketika sofra dibuka, ekmek sudah lentur dan lembut, siap dikonsumsi, tinggal dilipat saja dan dimasukkan ke dalam wadah bertutup yang disebut ekmek tenceresi. Rasanya? Bilenler bilir, katanya, artinya yang pernah merasakannya pasti tahu, enaknya ekmek dimakan dengan lauk pauk terutama kavurma alias daging oseng-oseng.
Lho mana feast-nya? Tenang, begitu adonan habis, biasanya tidak sampai pukul 11 pagi adonan sudah habis kok, maklum dikeroyok rame-rame. Sisa adonan akan dibuat börek, itu lho makanan khas Turki. Ah, tidak hanya Turki, daerah Balkan semua mengklaim Börek sebagai makanan khas-nya.
Pertama, isian böreknya harus diracik dulu. Bawang Bombay diiris halus dan ditumis sebentar, lalu dicampur irisan parsley, mint, dan keju putih buatan rumah. Lalu untuk kulit böreknya, sisa adonan digiling tipis, tapi tidak dimasak di wajan kwalik, melainkan diletakkan di oven tray bulat yang sudah di ulas minyak zaitun. Setiap lapisan ditaburi bahan isian, demikian seterusnya hingga 5 lapis. Lapisan teratas harus bahan kulit lagi, yang lalu dipulas dengan minyak zaitun lagi. Oven tray ini lalu di tutup dengan oven tray lain yang berukuran sedikit lebih besar, jadi pas menutup. 

Setelah itu masuk oven? Oh, tidak, letakkan saja diatas bara api yang diserok dari dalam tunggku bekas memasak ekmek. Lalu sebagian bara api diletakkan diatas oven tray yang dijadikan tutup tadi. Prinsipnya jadi  seperti oven dengan api atas-bawah. Tentu saja kondisi bara api harus dijaga supaya börek matang sempurna.
[Semaver atau alat pemasak çay. Foto: Pribadi]
Sementara itu teh alias çay dimasak di semaver. Prinsip semaver adalah memasak air panas. Sedangkan teh pekat-nya (demlik) diletakkan diatas “panci” air panas-nya itu.  Semaver memiliki keran yang bisa diputar untuk mengeluarkan air panasnya.
Selama teh dimasak dan menunggu börek matang, tepsi alias baki besar untuk sajian pesta kita pun dipersiapkan. Gelas-gelas teh disusun dengan sendok teh di dalam gelas, gula teh dalam mangkok kecil, zaitun, irisan tomat, timun dan cabe segar serta lemon. Ketika aroma bawang sudah menguar dari oven jadi-jadian itu, seseorang akan memeriksa kematangan börek, dan kalau sudah dinyatakan matang atas-bawah, semua orang akan dipanggil termasuk kaum pria dan anak-anak. Yang kebetulan lewat juga jika berkenan bisa mencicipi 1 atau 2 potong börek renyah nan gurih ditemani segelas çay fresh from the semaver.
Asyik, ya! Itulah work hard-play hard a la masyarakat pedesaan Turki di Laut Tengah. Mereka bisa tetap bahagia dan merasa cukup tanpa adanya wifi kencang ataupun netflix.
Mandiri dan Tidak Tergantung dengan Toko
Pendek kata, masyarakat pedesaan Turki sangat berpantang dengan keadaan yang dinamakan “muhtaç” alias tergantung. Dalam artian tergantung kepada supply dari luar. Sedapat mungkin memproduksi apa-apa sendiri. Makanya tak heran hampir tidak ada toko di desa. Hanya ada satu atau dua dengan keadaan memprihatinkan, miskin barang jualan.
Lantas jika perlu sesuatu barang yang tidak bisa diproduksi sendiri darimana mereka mendapatkannya? itu bukanlah hal yang sulit. Toko berjalan, alias mobil van yang disulap menjadi toko, setia menyambangi dengan jadwal tertentu. Lengkap dengan speakernya untuk woro-woro.
Barang kebutuhan pecah-belah, tekstil, ikan, sayur-mayur, bakliyat (bebijian dan kacang-kacangan), kuruyemiş (buah-buah kering dan kacang-kacangan peneman minum teh) tak pernah absen. Untuk itu warung lokal susah bersaing. Karena mobil-mobil ini setia mengunjungi dan sabar memberi utangan. 

Maka tulisan ini saya tutup dengan sebuah pepatah: “karıncadan ibret al, yazdan kışı karşılar”, yang artinya sama saja dengan “berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian”.

Lia Yulianti
Salah satu anggota redaksi Turkish Spirit ini akrab disapa “Lia” atau “Teteh Lia”. Menekuni pekerjaan paruh waktu sebagai penerjemah untuk pariwisata. Menulis buku Best of Turki (Elex Media Komputindo, 2014) bersama sabahabatnya, Dian Akbas. Salah satu tulisannya terangkum dalam buku Kumpulan Cerpen Bilik Sastra Jilid 3 (RRI World Service-Voice of Indonesia, 2014). Korespondensi bisa melalui email: lia_oke2001@hotmail.com.