Tampilkan postingan dengan label Film. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Film. Tampilkan semua postingan

Film-Film yang Dilarang di Turki

14.08.00 Add Comment

Tokoh utama dalam film bernama Angela, seorang gadis Perancis, yang ditampilkan secara tidak bermoral

[Foto www.sinematurk.com/]
Republik Turki adalah negara dengan tensi dan intrik politik maha tinggi. Sejarahnya yang panjang, menguasai banyak wilayah sejak Usmani dan posisi geografis yang strategis membuat Turki selalu berada dalam sorotan kepentingan-kepentingan negara dan agen-agen lain. Khususnya setelah Usmani runtuh, kontestasi dan perebutan legitimasi berlangsung sengit--dan bukan cuma soal sekulerisme dan islamisme. Untuk mengetahui lebih dekat negara yang mempunyai sejarah kudeta militer dan kekerasan struktural di masa lalu tersebut kita dapat juga mempelajari sejarah pelarangan dan sensor besar-besaran atas film-film mereka. Berikut ini adalah sedikit dari banyak film lokal Turki yang dilarang tayang pada masanya. 

Pengasuh
Produksi: Asosiasi Para Veteran
Tahun: 1919
[Foto www.sinematurk.com/]
Pada era menjelang hancurnya Dinasti Usmani, tepat pada akhir gejolak Perang Dunia I, Film yang diadaptasi dari novel karya Hüseyin Rahmi Gurpinar dengan judul yang sama Mürebbiye (Pengasuh) ini terbit pertama kali pada tahun 1919 di Istanbul. Film ini sekaligus menjadi film pertama Turki yang disensor.

Film yang diproduksi oleh Asosiasi Para Veteran ini ditentang oleh pihak sekutu Inggris dan Prancis yang pada tahun itu memegang kendali Istanbul. Layangan protes tersebut datang dari salah satu jenderal Prancis yang bertugas di Istanbul bernama Franchet D’Esperey. "Tokoh utama dalam film bernama Angela, seorang gadis Perancis, yang ditampilkan secara tidak bermoral," protes sang jenderal.

Mürebbiye bercerita tentang seorang gadis Perancis yang bekerja sebagai pengasuh anah di rumah di Dehri Efensi di Istanbul. Angela datag ke Istanbul karena pacarnya, Maksim. Ketika di Istanbul Angela selingkuh dengan lelaki lain dan tanpa ampun dibuang oleh sang pacar. Karena tokoh dalam film tersebut digambarkan sebagai pembantu rumah secara tidak terhormat dan karena di waktu yang sama Angela digambarkan sebagai perempuan yang suka bermain laki-laki, pihak sekutu menginginkan film Mürebbiye tidak ditayangkan. Meskipun dilarang, film ini tetap ditayangkan secara sembunyii-senbunyi.

Dunia yang Gelap: Asik Veysel
Sutradara: Metin ERKSAN
Tahun: 1952
[Mseum Asik Veysel, Eskisehir. Foto +Bernando J. Sujibto]
Film berjudul asli Aşık Veysel'in Hayatı, Karanlık Dünya ini diprduksi di Turki pada tahun 1952. Menceritakan kehidupan seorang penyair yang sekaligus penyanyi lagu-lagu rakyat yang sangat legendaris bernama Asik Veysel. Masa kanak-kanaknya Veysel adalah seorang yang digerogoti penyakit, lahir dari keluarga miskin di Sivas. Tubuhnya ringkih dan akhirnya buta total. Ketika menjadi buta, luka dan penderitaan menjadi topik dalam syair-syairnya. Di samping itu, film ini menyinggung isu-isu politik di tengah-tengah kehidupan desa di Turki pada masanya yang digambarkan secara real. Film ini mengeksplorasi luka dan penderitaan seorang Veysel yang benar-benar menyayat.

Dunia yang Gelap merupakan film debutan Metin Erksan dan skenarionya ditulis oleh Bedri Rahmi Eyüboğlu.

Film ini disensor karena mengangkat realitas kemiskinan dan penderitaan rakyat Turki di tanah Anatolia. "Tidak ada lahan kering di negeri ini," kata pihak otoritas penyensor dari lembaga pemerintah pada masanya. Pemerintah tidak ingin membuka aib kemiskinan dan penderitaan rakyatnya ke publik dan media, termasuk melalui film. Lalu bagian-bagian yang mengangkat realitas kehidupan desa yang penuh penderitaan dahsyat itu harus dipotong. Tapi, setahun kemudian film ini pun akhirnya boleh ditayangkan bebas di Turki.

Saudara Dursun
Sutradara: Osman F. SEDEN
Tahun: 1954

Film berjudul asli Kardeş Dursun ini muncul ke layar lebar tahun 1954. Melalui film Saudara Dursun sutradara Osman F. Seden benar-benar mendapatkan tekanan maksimal dari pihak lembaga sensor di Turki. Seden diminta harus menghapus sebuah fragmen yang menggambarkan tentang kapal perang musuh yang digambarkan masuk ke pintu masuk Selat Bosphorus melalui Laut Hitam. Pihak penyensor tidak ingin melihat ada adegan tersebut dalam filmnya. Karena adegan itu sama saja dengan menunjukkan bahwa musuh sudah menyerbu Istanbul pada periode Perang Dunia I menuju hancurnya khalifah Usmani. Meksi ada sejarah yang mengatakan bahwa pemerintahan Istanbul di akhir Usmani didikte oleh sekutu Inggris dan Prancis, Turki tidak mau menerima klaim seperti itu. Karena bagi mereka Istanbul tidak pernah jatuh ke tangan penjajah.

Jalan
Sutradara: Yilmaz GÜNEY, Şerif GÖREN
Tahun: 1982
[Foto www.sinematurk.com/]
Yılmaz Güney menulis skenario film berjudul asli Yol ketika dirinya mendekam dalam penjara. Dalam kondisi yang sama--dirinya berada dalam tekanan negara--dari dalam penjara Yılmaz Güney mengkomando Şerif Gören untuk menyutradai film ini. Yol dikenal sebagai salah satu film Turki yang sangat berani. Salah satu adegan di penjara, “kurallara uymayan kapalı ceza evine gönderilecek" (yang tidak mematuhi peraturan akan dipindah ke penjara tertutup) merupakan sebuah kritik kepada kondisi masa lalu Turki yang penuh intrik politik dan militer. Aturan tersebut sebenarnya bersumber dari “günah işleyen cehenemme gidecek” (yang berbuat dosa akan masuk neraka).

Namun begitu, pada tahun 1982 film ini mendapat penghargaan Palem Emas (The Palme d'Or) dari Festival Film Cannes, Prancis. Atas jasa Fatoş Güney, tahun 1999 film ini bisa ditayangkan dengan bebas di Turki. Meski begitu, secara umum film-film Güney terus berada dalam provokasi yang dikampanyekan negara atas perjuangan dirinya membela dan menyuarakan hak-hak rakyat yang tertindas. 

Tembok
Sutradara: Yilmaz GÜNEY
Tahun: 1983
[Foto www.sinematurk.com/]
Salah satu film Yılmaz Güney yang dilarang tayang adalah Tembok (Duvar). Film ini dibuat di Paris dengan dukungan negara Perancis. Film ini bercerita tetang kerusuhan dan pemberontakan di dalam Penjara tertutup di Ankara. Yılmaz Güney juga sempat mendekam di penjara tersebut.

Güney, yang memulai karirnya sebagai sastrawan ini, terkenal dengan film-film realis yang mengambarkan apa adanya ihwal realitas kehidupan Turki pada tahun 1960 hingga 1980-an. Film-film yang diprodusinya pasti selalu membakar jenggot para penguasa Turki pada masanya. Sehingga nyaris dari film-film yang diproduksinya mendapatkan penentangan keras oleh penguasa Turki.

Habisi Pelacur Itu
Sutradara: Ömer Lütfi AKAD
Tahun: 1949
[Foto www.sinematurk.com/]
Film Vurun Kahpeye diadaptasi dari novel karya Halide Edip, novelis paling berani menyuarakan hak-hak perempuan dan menentang kelas sosial di masa-masa akhir Dinasti Usmani dan awal Turki republik. Skenarionya ditulis oleh Ömer Lütfi Akad dan Selahattin Küçük. Film ini diakui oleh insan perfilman sebagai penanda film-teater. Kombinasi film dengan pendekatan teknik teater dieksplorasi secara maksimal dalam film ini.

Vurun Kahpeye adalah film debutan Ömer Lütfi Akad sebagai sutradara. Film ini bercerita tentang seorang guru bernama Aliye yang datang dari pinggiran Istanbul untuk mengajar anak-anak di kota. Karena terjadi tensi antara kelompok Islamis dan republikan, Ibu Guru Aliye akhirnya terkena imbas fitnah yang berakhir pada pengarakan dirinya oleh kelompok Islamis, sebelum akhirnya dibunuh dengan dilempar batu karena dituduh berzina.

Karena fragmen cerita yang menyudutkan kelompok Islamis, rilis fim ini pun ditentang oleh kalangan konservatif dan memaksa badan sensor film melarangnya. Namun akhirnya, setelah mengalami sensor tiga kali film ini pun bisa tayang di Turki.

Balas Dendam Ular
Sutradara: Metin ERKSAN
Tahun: 1962
[Foto www.sinematurk.com/]
Cerita dalam film Balas Dendam Ular ini diadaptasi dari novel karya Fakir Baykurt dengan judul sama Yılanların Öcü. Novel debutan yang ditulis  1954 (pada usinya 28 tahun) ini langsung menyabet nomor satu hadiah Yunus Nadi pada tahun 1958, kemudian dimuat secara bersambung di harian Cumhuriyet, dan terbit di tahun yang sama.

Satu tahun berikutnya, novel ini menjadi kontroversi dan membuat murka penguasa karena dinilai berbau propaganda dengan menyuntikkan perjuangan kelas pekerja/petani kecil. Akibatnya, tugas dirinya sebagai guru dibekukan dan novel ini pun dilarang.

Tahun 1962 diangkat ke layar lebar oleh sutradara kawakan Metin Erksan. Film ini pun dilarang dan boleh tayang dengan syarat harus disensor di banyak bagiannya. Film ini tayang pertama kali untuk sebuah bioskop di Ankara pada tanggal 23 April 1962, tetapi dilarang oleh beberapa kelompok yang marah.

Kemudian dengan persyaratan yang ketat film ini boleh tayang, misalnya harus makin pendek dan isinya lebih halus, pengolahan pertanian jangan tampak sangat primitif dan dua gadis yang menari tidak boleh tanpa alas kaki.

Kekeringan
Sutradara: Metin ERKSAN
Tahun: 1963
[Foto www.sinematurk.com/]
Film berjudul asli Susuz Yaz ini adalah adaptasi dari novel karya Necati Cumali. FIlm yang tidak lolos Dewan Sensor ini pada tahun 1964 masuk dalam Berlin Film Festival. Dalam festival tersebut film ini menyabet film terbaik dan memenangkan penghargaan Beruang Emas. Film Kekeringan pun menjadi pemenang penghargaan film internasional pertama dalam sejarah sinema Turki.

FIlm yang diperankan oleh tokoh Osman Kocabaş (Erol Tas) dan kakaknya bernama Hasan Kocabaş (Ulvi Dogan) ini bercerita tentang konflik pertanian, tentang perebutan pengairan untuk sawah-sawah mereka. Osman sangat kejam dengan menutup sumber air yang dipunyai oleh keluarga. Rakyat desa tidak diberi izin oleh Osman untuk mendapatkan air buat pertanian mereka. Konflik pun muncul pelik. Osman berlagak jahat dan sekaligus selingkuh dengan istri kakaknya sendiri (redaksi/ts/bje).

Tulisan di atas diolah dari berbagai sumber


Rahasia Alam Semesta di balik Rempah-Rempah

22.05.00 Add Comment

"Kehidupan, seperti halnya memasak, juga memiliki siklus yang sama: preparation, main course, dessert dan presentation"

[Cuplikan Film A Touch of Spice. Foto +YouTube]
Beberapa bulan lalu, saya tidak mengetahui apapun tentang Turki selain pada dua hal ini: Orhan Pamuk dan Istanbul. Saya mengenal Orhan Pamuk melalui novelnya yang berjudul My Name is Red. Kemudian saya jatuh cinta dan mulai membaca karyanya yang lain seperti Snowd anThe Musseum of Innocence. Ia menjadi salah seorang penulis favorit saya setelah Haruki Murakami dan Tagore. Dan pengetahuan saya tentang Istanbul sebenarnya tidak banyak juga selain bahwa kota indah ini menjadi latar belakang dalam film favorit saya sepanjang masa yang berjudul A Touch of Spice.

A Touch of Spice sendiri bukanlah film asli Turki, melainkan film produksi Yunani (didistribusikan juga di Turki dengan judul: Bir Tutam Baharat) yang mengambil setting di Istanbul pada tahun 1955-1978 di mana Istanbul Pogrom sedang terjadi. Di tengah kekisruhan pengusiran komunitas Yunani dari Istanbul (dan Turki secara keseluruhan), FanisIakovides menghabiskan masa kecil bersama kakeknya yang seorang Turki di Istanbul. Kakek Fanis memiliki toko rempah-rempah terkenal dan di sanalah Fanis jatuh cinta pada astronomi dan seorang gadis untuk pertama kalinya.

A Touch of Spice diawali dengan kembalinya Fanis yang telah menjadi professor astronomi dan astrofisika ke Istanbul untuk menengok kakeknya yang sedang sakit keras dan sekarat. Perjalanan ke Istanbul rupanya memanggil kembali memori masa kanak-kanak yang ia habiskan di toko rempah-rempah milik kakeknya. Kakek Fanis adalah seorang culinary philosopher dan ia mengajari Fanis tentang filosofi rempah-rempah dan kaitannya dengan sistem tata surya. Sebagai contoh, ia mengumpamakan kayu manis sebagai Venus,"Like all women, cinnamon is both bitter and sweet."
[Foto +YouTube]
Sepanjang film, kita disuguhi dengan pemandangan indah kota Istanbul dan selat Bosporus. Saat Fanis bertemu kembali dengan cinta pertamanya yang seorang perempuan Turki, kita diajak melihat struktur bangunan Turki yang merupakan perpaduan Eropa dan Timur Tengah. Selain sisi artistik, film ini juga menampilkan sisi kelam kehidupan keluarga Fanis sendiri.

Fanis sudah aktif dan mengenal dunia dapur sejak kecil. Berawal dari alat dapur mainan, ia kemudian menggunakan alat dapur yang asli dan mulai memasak makanan. Ia sangat suka memasak karena segala hal yang telah diajarkan kakeknya mengenai filosofi bumbu dapur membuatnya merasa dekat dengan sang kakek. Setiap kali ia ingin menggunakan kayu manis sebagai bumbu masakan, ia akan selalu teringat pada cinta pertamanya, Saime.

Rupanya kesenangan Fanis dalam memasak membuat ibunya takut. Ibu Fanis berpikir bahwa seorang anak lelaki tidak seharusnya senang berada di dapur. Awalnya ia membiarkan Fanis karena memahami kesulitannya untuk beradaptasi ke dalam lingkungan baru. Namun lambat laun ketakutannya membuat ia berpikir bahwa Fanis akan mengalami disorientasi seksual ketika tumbuh dewasa. Untuk memisahkan Fanis dari dapur, ia mengirim anak lelakinya itu ke pelatihan militer. Akan tetapi, seperti jalinan takdir, Fanis tetap kembali ke dapur.

Setelah menonton film ini, saya menyadari bahwa kehidupan kita sekompleks filosofi masakan dan aktivitas tata surya. Kehidupan, seperti halnya memasak, juga memiliki siklus yang sama: preparation, main course, dessert dan presentation. Untuk menciptakan masakan yang lezat, kita harus mengetahui bumbu apa yang saling bertentangan, pun dalam kehidupan. Pepper is hot and scorches like the sun rupanya tidak sekedar tagline, tapi mewakili keseluruhan ide dan simbol yang seringkali membuat saya kewalahan untuk memahami esensi kehidupan, kaitannya dalam rempah-rempah dan manusia sebagai pelengkap tata surya. <ed/ts/laelil>


Windha Larasati DF
Lahir dan besar di Denpasar, Bali. Kemudian meneruskan pendidikan menengah di Tambakberas, Jombang dan menghabiskan masa muda dengan bersenang-senang sambil belajar di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, mengambil jurusanI lmuKomunikasi. Aktif di beberapa komunitas sastra selama kuliah, kemudian vakum untuk mencari jati diri sebagai wanita karir yang mapan. Saat ini tengah mendaftarkan diri untuk menjadi mahasiswi S2 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Akun Twitter @windhalarasati.

5 Alasan Kenapa Kalian Harus Nonton Drama Turki

02.17.00 7 Comments

"Buat para jomblowati yang tak diapeli pada malam Minggu, tak perlu khawatir, serial Turki tayangnya setiap hariPasti tak keberatan dong ditemani abang-abang ini?"

[Adegan dalam Film Kara Para Aşk. Foto +YouTube]
Halo dear pembaca Turkinesia... sudah tahu dong drama televisi asing yang sedang booming sekarang? Serial tanah air Shahruh Khan yang panjang khas pelototan mata, lewat! Zaman boyband cowok-cowok berponi juga sudah turun pamor! Lalu serial apa dong sekarang? Ya, ini nih Abad Kejayaan, Elif dan Inspektur Omer. Berikut ini 5 alasan kenapa kalian harus menonton drama Turki:

1. Cuci Mata

Deterjen kali cucian? Hehe. Ya, perpaduan wajah Eropa, Asia Minor dan Timur Tengah pada pemeran-pemerannya pasti tak membuat kita bosan untuk menontonnya. Hidung bangir, dengan warna mata asli, kulit putih, rambut hitam panjang atau pirang, alis tebal yang tidak terlihat seperti alis Sincan—karena dilukis. 
[Dalam Film Paramparça. Foto +YouTube]
Apalagi buat kaum wanita penonton setia drama tv, pastinya tidak akan bosan melihat pemain lelaki dengan cambang dan kumis yang memperlihatkan kejantanannya, senyum yang menawan atau tipe pria cool yang digemari kaum hawa. Buat para jomblowati yang tak diapeli pada malam Minggu, tak perlu khawatir, serial Turki tayangnya setiap hari. Pasti tak keberatan dong ditemani abang-abang ini?

2. Serasa Berlayar di Bosphorus dan Melihat Keindahan Istanbul
[Film Kara Para Aşk. Foto +YouTube]
Buat yang sudah ngefan dan pengin banget ke Turki, melihat drama-drama asal Negeri Dua Benua  ini pasti gregetan sambil ngomong “duh kapan ya gue bisa ke sana? Apalagi drama yang berlata Istanbul, kita bisa melihat serial Shehrazat (Binbir Gece) yang salah satu adegan saat sarapan menghadap Bhosporus. Begitu juga serial Cansu dan Hazal (Paramparça) yang bersebelahan langsung dengan selat yang memisahkan dua benua itu; jangan lupain serial cinta Elif (Kara Para Aşk), masih inget kantornya Omer?  Ya, letaknya masih berada di area Sultanahmet dan tidak jauh dari Grand Bazaar. Ya, bagi kalian para pecinta Kara Para Aşk tentu pengin foto di situ dengan caption finally gue sampe di kantornya komiser Omer’.

3. Mengintip Kebudayaan Turki lewat Filmnya

Ini yang paling penting. Memang, baik film India maupun Korea tidak luput menunjukkan budaya mereka. Misalnya drama Korea yang biasa menunjukkan kebiasaan menggunakan kaos kaki ketika tidur, menyediakan beberapa sandal rumahan untuk digunakan dalam rumah baik untuk sendiri dan para tamu, dan well kebiasaan buruk mereka yang selalu ‘minum’ kalau ada masalah, lalu tanpa sengaja curcol dalam keadaan mabuk dan ketika pulang sang lelaki menggendong wanitanya. Kebudayaan dalam film India juga bisa dikenali misalnya lewat tari-menari, beberapa upacara dan cara sembahyang menyembah dewa. Sampai akhirnya muncullah drama dari negeri yang sedikit sama kebudayaannya karena satu kesamaan yaitu negara demokrasi dengan Muslim yang menjadi mayoritas (baca: Turki). Lalu apa saja budaya yang saya maksud.
  • Cium tangan
Hal lazim yang jamak kita lakukan bila ingin pamit pergi atau bertemu dengan orang tua adalah mencium tangan, walau mungkin hal itu sudah tergerus zaman. Beda halnya dengan budaya Barat yang memang soal penghormatan terhadap orang tua kurang (bahkan hanya memanggil nama tanpa tuturan). Dalam drama Turki kita akan kembali dipertunjukkan bagaimana cara bersikap sopan kepada orang tua, ya cium tangan! Kalau kalian perhatikan, ada sedikit perbedaan cara mencium tangan ala Turki. Pertama adalah mencium tangan lalu meletakkan tangan orang tua di dahi kita. Benar? Dan hebatnya genre apa pun film ini cium tangan ini tidak terlupakan. Tapi di film Indonesia saja harus genre tertentu (misalnya Islami atau film pendidikan anak) baru kita lihat adegan cium tangan terhadap orang tua.
  • Minum teh
Dengan melihat film kita jadi tahu bahwa teh adalah minuman kebesaran Turki,  dengan gelas kecil khas berbentuk tulip. Isinya lebih sedikit memang dibandingkan dengan kebiasaan kita minum teh dengan menggunakan cangkir atau gelas, tapi lihat saja berapa sering mereka minum. Dalam scene pertemuan biasanya yang dihidangkan adalah teh, bandingkan dengan film Indonesia kalau hang out di restoran minumannya pasti selalu jus atau sirup, benar atau benar?

Belum lagi beberapa penganan khas seperti simit.
[Simit, Sarapan Omer dan Arda Turan :D. Foto @posta.com.tr]
4. Ide Menarik, Alur Kuat dan Penggarapan Musik yang Wow!

Gaya saya sudah seperti produser film ketika menyebut alasan keempat. Tapi jauh sebelum penonton memutuskan untuk menonton atau tidak serial yang dihadirkan, para produser pasti sudah memikirkan detail di atas. Hal ini menjadi alasan yang kita putuskan untuk menonton atau tidak sebuah serial, atau di Indonesia dikenal dengan nama sinetron. Apakah ide ceritanya seperti kebanyakan? Misalnya, perebutan harta, cinta segitiga dengan pemeran pembantu wanita menjadi antagonis yang merebut si lelaki dengan dukungan keluarga pemeran utama pria karena lebih kaya dari pemeran utama wanita yang miskin. Yang seperti itu pastinya membosankan, bukan? Maka beralihlah ke sinema Turki dengan ide segarnya.

Lalu alurnya seperti apa? Ini penting, alur lebih disebut sebagai sebab akibat? Kenapa sih Shehrazat pegawai kecil bisa menaklukkan bos cool semacam Onur yang tidak percaya akan cinta dan wanita? Karena di saat ia membutuhkan biaya untuk pengobatan anaknya yang terkena leukimia, hanya Onur yang memungkinkannya menolong dengan syarat biaya pengobatan dibayar dengan ‘satu malam’. Dari sinilah konflik seru dengan penuh kejutan dimulai.
[Simit dan Teh Turki untuk Sarapan. Foto @posta.com.tr]
Selanjutnya penggarapan musik yang tidak main-main, instrument antara tokoh satu dengan lainnya berbeda. Misalnya, instrumen yang dipakai ketika pertemuan antara Elif dan Omer (dalam Kara Para Aşk) berbeda dengan ketika pertemuan Elif dan saudaranya (Nilufer, Asli), begitu juga instrumen untuk menunjukkan sang antagonis Tayyar Dundar. Hebatnya musik tidak hanya asal diambil dari sebuah lagu, tapi pembuatannya tidak main-main dan yang sudah biasa dipakai melainkan membuat instrumen sendiri dengan alunan biola, piano dan alat musik khasTurki bağlama

5. Kampus Ternama ternyata Almamater Aktor/Aktris Ngetop ini Loh
      
Sstt, sama dengan drama Turki yang mulai booming, beasiswa pendidikan yang di Indonesia dikenal seperti beasiswa Pemerintah Australia (AAS), Amerika (Fullbright), Inggris (Chevening), sejak 2012 sampai tahun ini beasiswa Pemerintah Turki yang bernama Turkiye Burslari (YTB) pun mendadak jadi primadona.

Terus hubungannya dengan drama Turki apa?

FYI, sebagian kampus yang masuk list YTB kampusnya para artis papan atas Turki loh, jadi kalo kalian masih bingung mau kuliah dimana, nih saya kasih pertimbangan, pilih saja kampus yang pernah menjadi almamater aktris/aktor cantik Turki. Kan jadi keren kalau ditanya, kuliah dimana? Di Mimar Sinan Universitesi, kampusnya Tuba Buyukustun alias Elif Denizer, loh.
[Minar Sinan University. Foto @www.msgsu.edu.tr/]
Atau langsung menuju ibu kota, Universitas Ankara, jadi deh kalian satu almamater dengan Engin Akyurek alias Omer alias Kerem di Fatmagul.

Kalau nggak dapat di 3 kota besar, kuliah dimana? Di Abdullah Gul University saja, letaknya di Kayseri, itu loh kampung Tuan Burhan dan Nyonya Nadide.

(abaikan pertimbangan ini ya, yang pasti cari saja jurusan keinginan kalian, ingat cari pakai tangan dan mata, jangan nanyain admin Facebook YTB mulu, haha....)

Jadi yang ingin saya sampaikan, kalau ternyata pemilihan peran untuk pemain film/drama Turki itu sangat serius loh, bagaimana tokoh Elif Denizer seorang pengusaha berlian, di beberapa adegan kita melihat kan kalau Elif mendesain sendiri berliannya atau sesekali melukis, you know what? Dia adalah lulusan Fakultas Seni Universitas Mimar Sinan. Canggih nggak tuh?!

Masih yakin kalian nggak ganti kanal, rasakan sensasi kalau sudah tenggelam dalam pesona aktor tampan Turki, dijamin kalian semua yang selama ini nggak bisa move on dari mantan, bakalan move on dah.

Ohya, drama Turki bukan hanya popular di Indonesia loh. Saat ini drama Turki sudah diekspor ke lebih 50 negara. DramaTurki yang terbaru ditayangkan di Indonesia Fatmagul (Fatmagül'ün Suçu Ne?) sudah terlebih dulu menjadi favorit di Afganistan, Pakistan sampai Amerika Latin. Kita lihat apakah Fatmagul menjadi drama favorit terbaru, kalau menurut saya sih Kara Para Aşk tetap di hati karena Engin Akyurek yang bercambang dan berkumis lebih sekseh.
Medan, Maret 2016


Una Anshari
Sarjana ekonomi akuntansi yang ‘eneg’ liat angka-angka di salah 1 kampus swasta di Depok. Sukanya liatin tulisan atau film aja.Pecinta semua tentang Turki: negara, bahasa sampai drama televisinya. Impiannya bisa menjadi mahasiswa di Turki dan mendatangi seluruh tempat bersejarah di Negeri Dua Benua itu. Facebook dan Ig di akun Muna Arifah, Twitter dan Wattpad di Naarabian. Blog di sini.

Karena Cinta adalah Kesabaran

01.18.00 Add Comment

"Film ini secara umum bercerita tentang kisah cinta yang bermula dari zaman perang dunia kedua, meski nanti penonton bisa dibawa ke mana-mana."

[Fragmen dalam Film Birleşen Gönüller. Foto +YouTube]
Kali ini saya mau membahas tentang film Turki yang berjudul Birleşen Gönüller atau Hati yang Menyatu. Film ini secara umum bercerita tentang kisah cinta yang bermula dari zaman perang dunia kedua, meski nanti penonton bisa dibawa ke mana-mana.

Film Birlesen Gönüller dimulai dengan menghadirkan kehidupan keluarga (Yunus Bey, istri, dan dua anaknya) yang berpindah ke Kazakistan. Sebab kepindahannya adalah karena Yunus, sebagai kepala keluarga, harus menyelesaikan sebuah projek, yaitu membangun sekolah. Singkat cerita, mereka berangkat ke Kazakistan dan di sana bertemu dengan keluarga Turki yang lain, Cennet Teyze dan anaknya. Keluarga Yunus akhirnya diantar ke rumah yang sudah disewa dan kebetulan berdekatan dengan rumah keluarga Cennet Teyze.

Sehari setelah pindah, Yunus Bey tetap harus pergi ke lokasi pembangunan sekolah, dan terkesan tidak mempedulikan istrinya yang untuk pertama kalinya menginjak kaki Kazakistan dan tidak mengerti apa-apa. Tetapi Yunus Bey tetap pergi.

Siang hari. hujan tiba-tiba turun deras. Anak perempuan mereka yang tadinya ada di rumah, entah mengapa keluar rumah dan ternyata pingsan di tangga. Sang anak ternyata mengidap asma. Saat sang ibu dengan panik berlari mencari bantuan, Cennet Teyze seperti pahlawan tiba-tiba datang membantunya dan membawa anaknya ke dokter.

Yunus Bey, di saat yang sama, sedang berusaha menyelamatkan barang-barang di lokasi bangunan sekolah yang pada saat itu kebanjiran. Salah satu rekan kerja memberi kabar bahwa anaknya sedang berada di rumah sakit. Tapi, karena pada saat itu prioritas Yunus Bey adalah menyelesaikan sekolah tersebut, dia hampir tidak mau beranjak. Tetapi karema dipaksa oleh rekan kerjanya dan akhirnya dia pergi ke rumah sakit.

Yunus Bey merasa tenang setelah melihat anaknya dalam keadaan stabil. Menurut dokter anaknya hanya harus menunggu dia sadar. Yunus Bey. setelah mendengar kalimat tersebut, ingin segera kembali ke lokasi bangunan karena masih banyak yang harus diselamatkan. Sang istri emosi. Dia merasa sendiri. Tetapi Yunus Bey bersikeras untuk pergi.

“Kalau kamu pergi, tidak usah balik aja sekalian, ” akhirnya sang istri meluapkan emosinya. Mendengar kalimat keras itu, Yunus Bey sempat terhenti di pintu, tetapi berakhir dengan pergi ke lokasi bangunan.

Setelah kejadian itu, Cennet Teyze menceritakan kisah cintanya dan cerita pun dimulai.

Film ini dikemas dengan sangat baik, walaupun effecnya masih belum sebagus film Hollywood. Tetapi menurut saya sudah lumayan baik. Dengan pemain yang cukup mendalami peran, semuanya sudah sangat baik. Hanya saja, inti dari cerita ini yang masih sangat berantakan. Ini menjadi film yang tidak punya arah jelas hendak menyajikan apa kepada penonton.

Antara poster dan isi cerita, menurut saya, masih kurang nyambung. Poster menceritakan tentang kisah cinta dua manusia pada saat Perang Dunia 2. Tetapi, pada akhir film, malah ditampilkan foto-foto kegiatan Türkçe Olimpiyatları (Olimpiade Turki). Menurut saya, akan lebih baik kalau di akhir film, ditampilkan foto-foto Cennet Teyze dan suami, mengingat film ini diadaptasi dari kisah nyata.

Dari sisi cerita, menurut saya, penulis masih kurang menonjolkan inti dari film ini. Apakah sebenarnya film ini ingin menceritakan sejarah di balik Türkçe Olimpiyatları? Ataukah sebenarnya si penulis skenario mau menceritakan bagaimana romantisnya kisah Cennet Teyze dan Niyaz Amca?

Dan di film ini pun banyak saya temukan bloopers.

Dikisahkan, bahwa Cennet Teyze hamil. Padahal sepanjang cerita tidak pernah terlihat perut Cennet Teyze yang membuncit ataupun Cennet Teyze yang merasa tidak sehat karena sedang hamil. Tiba-tiba, pada saat Cennet Teyze dan Niyaz Amca bertemu dengan tidak sengaja di gerbong kereta para tahanan yang akan diperkerjakan Nazi, di situlah baru dibahas tentang Cennet hamil. Pada saat mereka mau kabur tapi Cennet tertahan oleh sang petugas, tiba-tiba Cennet kontraksi. Ketika sedang melahirkan melahirkan, bayi yang keluar dalam keadaan sudah bersih dalam durasi yang sulit dipercaya. Maaf sekali, bloopers ini yang membuat saya tertawa di tengah film.

Di akhir cerita, Cennet Teyze meninggal dan Niyaz Amca, yang ternyata masih hidup, berhasil bertemu dengan Cennet Teyze di menit-menit terakhir perhembusan nafas Cennet Teyze.

Jika yang ingin ditonjolkan adalah bagaimana Cennet Teyze dan Niyaz Amca bertemu, kisah mereka sungguh luar biasa, yaitu menggambarkan bagaimana cinta sejati sampai di ujung hayat tetap ada. Bagaimana tersentuhnya melihat dua manusia, saling jatuh cinta, dan tetap menunggu, walaupun dia tidak tau pasti—suaminya masih hidup atau tidak. Perlu diketahui, Cennet Teyze tetap menunggu kedatangan Niyaz Amca, walaupun dia belum tahu pasti, selain hanya menunggu kedatangan sang suami.

Akhirnya, film ini bagi saya adalah film paling berantakan yang pernah saya tonton: tidak tergarap dengan baik, riset yang tak lengkap dan keinginan menyelipkan pesan-pesan khusus di baliknya. Karena film ini sebenarnya partisan untuk menghadirkan kegiatan dan proyek Türkçe Olimpiyatları (produser film dari kelompok yang sama) sehingga tak bisa dipungkiri bahwa film ini pun menjadi tanpa arah--antara promosi kegiatan atau menyajikan film sejarah di balik Türkçe Olimpiyatları. Sementra dari awal tidak dijelaskan apakah film ini seperti sebuah dokumenter atau jenis film promosi kegiatan yang sudah go-internasional itu. So, karena cerita masih belum jelas arahnya, film ini saya beri nilai 5 dari 10.


Qori Fitrah Ananda
Mahasiswi pada jurusan Kedokteran di Selcuk University, Konya Turki. Suka berorganisasi dan berasal dari Balikpapan. Silahkan kunjungi blog Qori di sini.

10 Film Keren Berlatar Istanbul

01.25.00 Add Comment

Istanbul mempunyai dua wajah kontras: kemolekan dan sekaligus kemurungannya

[Mustang. Foto +YouTube]
Istanbul, nama terakhir yang kita kenal sekarang, adalah kota bersejarah yang menjadi rebutan dengan segala keindahan dan misterinya. Nama Istanbul berubah mengiringi sejarah penaklukan masing-masing emperor. Di balik sejarah panjang di tanah dua benua ini, ada 10 film hebat dan diapresiasi luas dengan mengambil latar di Istanbul, dengan warna dan rasa istimewa masing-masing.

Dalam layar kaca, Istanbul mempunyai dua wajah kontras: kemolekan dan sekaligus kemurungannya. Dua wajah ini selalu menjadi objek yang tak pernah habis dieksplorasi oleh para sineas, baik lokal ataupun internasional.  Dalam layar kaca, Istanbul hadir seperti labirin dan sekaligus semenanjung mimpi yang berkelok-kelok dengan gelora dan intiknya yang mempesona.
10 film keren berlatar Istanbul berikut ini diproduksi baik oleh para sineas dalam negeri sendiri ataupun dari luar negeri.
1. Journey into Fear (1943)
[Journey into Fear. Foto +YouTube]
Film ini disutradarai oleh Orson Welles tetapi banyak mendapatkan araha dan komentar dari Norman Foster. Film ini adalah jenis spy dan drama kriminal, atau dalam istilah Prancis diebut film noir. Film ini mengambil latar selama Perang Dunia Dua di Pera, Beyoglu Istambul. Ia mencerikan manuver dan tensi di balik rencana pembunuhan kepada seorang ahli balistik Amerika Howard Graham (dipernakan oleh Joseph Cotton) yang menjadi target oleh pembunuh bayaran Nazi, benaa Banat (dipernakan oleh Jack Moss). Dalam film ini, Istanbul menjadi sangat menegangkan dan penuh kejutan yang luar biasa.
2. From Russia with Love (1963)
[From Russia with Love. Foto +YouTube]
Film yang disutradarai oleh Terence Young ini dimulai di Atatürk Airport (yang pada waktu itu dikenal dengan nama Yeşilköy Airport). Agen 007 (yang diperankan oleh Sean Connery) kembali untuk kedua kalinya sebagai serial James Bond. Kali ini datang untuk pertaruhan rahasia untuk sebuah organisasi kriminal bernama SPECTRE. Tandem James Bond dalam film From Russia with Love ini adalah Tatiana (diperankan oleh Daniela Bianchi). Dalam film ini Istanbul hadir sebagai kota historis dengan segala tensi dan keindahan di dalamnya. Lewat Bond dan Tatiana kita bisa menyaksikan kemewahan Istanbul, jalan-jalan di Grand Bazaar, Spice Market dan latar Basilica Cistern yang menjadi adegan paling istimewa dan tak terlupakan.
3. L’Immortelle (1963)
[L'Immortelle. Foto +YouTube]
L’Immortelle adalah film Prancis yang disutradarai oleh Alain Robbe-Grillet. Film ini adalah film Prancis pertama yang bercerita dan mengambil latar di Istanbul. L’Immortelle bercerita tentang kisah cinta seoarang lelaki yang tak diketahui namanya kepada seorang wanita yang juga tak diketahui namanya. Ia mengambil latar kebesaran-keberasan Istanbul seperti masjid, bazaar dan kemolekan pantai-pantai di Istanbul. Film ini berhasil menghadirkan Istanbul secara lebih dalam dengan kehadiran orang-orang lokal Istanbul dalam dialognya, juga menggambarkan tari-tari perut. Adegan seperti juga menambah aspek-aspek misterius kedalaman narasi. Di samping itu, nama-mana tokoh yang hanya ditulis dengan huruf inisial membuat film ini menjadi makin misterius. Tokoh-tokoh utama adalah L, inisial untuk pemeran utama perempuan (diperankan oleh Françoise Brion) dan N, inisial untuk pemeran utama lelaki (diperankan oleh Jacques Donial-Valcroze).
L’Immortelle dibiarkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggantung dan bikin penasaran. Bagaimana nasib perempuan yang pertama kali N jumpai dan kenapa semua orang Turki pura-pura tidak melihatnya? Apakah perempuan L itu dijebak masuk ke prostitusi di Istanbul?
4. Hamam: The Turkish Bath (1997)
[Hammam. Foto +YouTube]
Hamam: The Turkish Bath adalah film debutan Ferzan Özpetek yang membuat publik dan khususnya para sineas Turki tercengang karena dinilai sangat berhasil. Film ini mengisahkan dua kekasih Francesco (diperankan oleh Alessandro Gassman dan Marta (diperankan oleh Francesca d’Aloja) yang hidup di Roma di mana mereka menjalankan bisnis perusahan desain. Mereka menikah dan dalam waktu tak lama, pasangan ini kehilangan kasih sayang dan cinta. Film Hamam menyampaikan poin penting tentang transformasi sebuah tempat yang dapat mempengaruhi orang-orangnya. Dua pasangan ini pergi ke Istanbul, tempat di mana bibi Francesco meninggal. Bibinya mempunyai sebuah hamam bernama Aynalı Sultan Hamamı, yang oleh Francesco ingin segera dijualnya. Ketika pasangan ini tiba dan kemudian tinggal di Istanbul, Marta tidak jadi menggugat cerai Francesco. Marta kemudian merawat hamam dan sekaligus berpretensi dirinya adalah Anita, bibi Francesco. Francesco menemukan hal istimewa di Istanbul yang telah membuat dirinya berubah dan optimis.
5. Journey to the Sun (1999)
[Journey to the Sun. Foto +YouTube]
Journey to the Sun adalah film lokal Turki yang disutradarai oleh Yeşim Ustaoğlu. Film ini bergenre political drama yang menghadirkan kharacter dengan Innocence of Memories: karya fotografer  Turkish-Armenian Ara Güler. Film yang mengangkat kondisi Turki tahun 1990-an yang penuh dengan kasus kekerasan ini diperankan oleh tokoh utama Mehmet, seorang yang kehilangan semua yang berharga dalam hidupnya setelah melakukan kesalahan terhadap militant Kurdi. Karya Ustaoğlu ini menghadirkan sisi-sisi gelao Istanbul dengan tensi yang memuncak di balik kekerasan-kekerasan politik dan budaya di Istanbul, Turki.
6. Uzak (2002)
[Uzak. Foto +YouTube]
Uzak (Turki: Jauh) adalah film garapan Nuri Bilge Ceylan yang menyedot perhatian khalayak Turki karena mampu menghadirkan Istanbul dalam adegan-adegan istimewa di bawah salju dan perspektif yang cerdas dari karakter yang dimunculkan. Film ini memunculkan kompleksitas karakter tentang egoisme dan kesendirian. Istanbul di bawah guyuran salju di tangan dingin Ceylan menghadirkan sebuah suasana (seperti sebuah) perkampungan untuk melukiskan lebih dalam karakter kesepian seorang Yusuf (diperankan oleh Mehmet Emin Toprak, yang kemudian meninggal karena kecelakaan lalu lintas setelah beberapa bulan setelah film menuai sukses di Turki). Film ini berhasil menyabet film terbaik berbahasa asing di pada Canness Film Festival 2003. Di samping itu, film ini memenangkan banyak penghargaan di dalam negeri, termasuk Antalya Altin Portakal Film Festival, Ankara Uluslararasi Film Festival,dll.

7. 2 Girls (2005)
[2 Girls. Foto +YouTube]
Film ini 2 Girls ini adalah adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Perihan Mağden. Kutluğ Ataman mampu menghadirkan ruh anak muda dan khususnya dua gadis yang masing-masing mempunyai pengalaman kekerasan dan tekanan. Ketika novel ini diterjemah ke dalam bahasa Inggris, The Independent memuja secara spesial dengan mengatakan “Not since Salinger’s Catcher in the Rye has a writer animated adolescent anguish so vividly and compellingly.” Kehidupan kedua pemudi antara Handan (diperankan oleh Vildan Atasever) dan Behiye (diperankan oleh Feride Çetin) menjadi pusat eksplorasi untuk mengocok emosi penonton, antara hubungan yang berbau lesbian, persahabatan dan dua pemudi yang sedang mencari kenyamanan dalam hidupnya.
8. Crossing the Bridge: The Sound of Istanbul (2005)
[Crossing the Bridge: The Sound of Istanbul. Foto +YouTube]
Fatih Akın, salah satu sineas kontroversial keturunan Turki yang tinggal di Jerman, hadir dengan sebuah film musik berjudul Crossing the Bridge: The Sound of Istanbul. Akin mampu mendefinisikan Turki modern dan khususnya Istanbul dengan selait-selait musik yang istimewa. Bersama musisi Jerman Alexander Hacke, basis grup band Einstürzende Neubauten, mengunjungi sudut-sudut Istanbul dengan mikrofon dan recording studio untuk menangkap suara-suara yang tersimpan di Istanbul. Di samping itu, kehadiran Aynur Doğan, penyanyi asal Tunceli yang beretnis Kurdi, membuat film ini semakin unggul dengan sentuhan-sentuhan bunyi dan music yang mempesona. Kecantikan Istanbul yang diambil di tengah Bosphorus kemudian menghadirkan penyanyi Turki klasik Müzeyyen Senar dan salah satu raja Turkish arabesque, Orhan Gencebay seperti ingin menunjukkan spirit Istanbul yang didedahkan sebagai kota dua benua di mana peradaban Barat dan Timur bertemu. Musisi-musisi tangguh Turki yang ikut memberikan warna suara-suara di balik kota Istanbul dalam layar Akin adalah Duma, Erkin Koray, Replikas, Ceza, Sezen Aksu, Sertab Erener, dll.
9. Tinker Tailor Soldier Spy (2011)
[Tinker Tailor Soldier Spy. Foto +YouTube]
Film garapan Tomas Alfredson berjudul Tinker Tailor Soldier Spy ini merupakan adaptas dari novel dengan judul yang sama karya John le Carré yang terbit tahun 1974, sala satu karya novel yang menggambarkan Istanbul dengan luar biasa. Dalam karya ini Karaköy, sebuah daerah di Istanbul bagian Eropa, yang menjadi salah satu tempat favorit turis untuk menikmati segala macam makanan produk laut dan kafe-kafe mewah disulap menjadi arena duel antara Soviet dan British spy selama gejolak Perang Dingin tahun 1970-an. Hubungan antara Irina (yang diperankan oleh Svetlana Khodchenkova) dengan mata-mata asal Inggris bernama Ricki Tarr (diperankan oleh Tom Hardy) yang dimulai di Istanbul memunculkan ketegangan ketika George Smiley (yang diperankan oleh Gary Oldman) berjuang untuk menemukan spionase Soviet dalam MI5. Dari Istiklal Avenue ke klub malam Taksim, kamar-kamar hotel dan interior-interior kelas borjuis dengan latar otoritas import-export membuat film ini mampu menghadirkan Istanbul sebagai kota yang penuh intrik dan tensi yang luar biasa.
10. Mustang (2015)
[Mustang. Foto +YouTube]
Sutradara keturunan Turki yang besar di Prancis Deniz Gamze Ergüven kembali mengguncang jagat film dalam negeri dengan membesut film berjudul Mustang tahun kamarin. Tak tanggung-tanggung, film diapresiasi di pentas internasional, didominasikan dan memenangkan beberapa penghargaan seperti Cannes Film Festival (Europa Cinemas Label), European Film Awards (kategori  European Discovery of the Year, Louis Delluc Prize (sebagai  Best First Film), dll.
Mustang berlatar di sebuah kampung kecil di daerah Black Sea bernama Inebolu. Hidup lima gadis bersaudara yang ditekan oleh seorang nenek dan pamannya dan dikurung dan kemudian mengalami kekerasan seksual. Cerita bermula dengan Sonay dan adik-adiknya, tokoh protagonis yang ikut acara pelepasan terhadap gurunya yang hendak pindah ke Istanbul. Setelah acara tersebut, mereka berlima memilih jalan kaki ke rumahnya. Mereka menikmati matahari cerah sepanjang pantai Laut Hitam dan bermain air bersama teman-teman kelasnya yang lain. Dalam salah satu adegan permainan, salah satu dari mereka gendong di puncak teman kelasnya yang cowok. Setiba di rumah mereka diomeli oleh neneknya karena tindakan mereka yang tidak pantas sebagai seorang perempuan bermain dan digendong di pundak teman laki-lakinya. Pamannya yang bernama Erol juga ikut marah. Karena kesalahan tersebut, situ, mereka dihukum dengan tidak diperbolehkan sekolah dan dikurung dalam tanpa alat-alat teknologi,
Dalam film ini, Istanbul dihadirkan dengan beberapa segmen. Pertama, sebagai tujuan sang guru yang meninggalkan sekolah di Inebolu untuk pergi ke Istanbul dalam adegan awal. Istanbul yang ramai disaksikan oleh pemeran seorang guru dari dalam bus. Kedua, adalah ketika lima saudara yang dikurung di sebuah rumah tanpa akses informasi tersebut selalu mecoba kabur ke Istanbul untuk menyusul gurunya. Dan akhirnya, setelah melewati drama yang menegangkan dengan kesedihan yang mendalam, dengan teror dan bahkan kematian, yang tersisa dari lima saudari tersebut hanya tinggal Nur (yang diperankan oleh Doğa Zeynep Doğuşlu dan Lale (yang diperangkan oleh Güne Şensoy). Mereka berdua, setelah melewati drama nikah paksa, lari ke Istanbul dan menemui gurunya.

Meski dinilai oleh kritikus film sebagai adegan dilebih-dilebihkan dan tidak selaras dengan karakter dan kultur Turki, film ini dianggap mampu membuka tabir dan mengkritik sistem budaya dalam internal keluarga Turki yang banyak diiringi dengan kekerasan.

<ts/bjeben>
(Diadaptasi dari berbagai sumber: The Guardian oleh Fiachra Gibbons dan Film Forever oleh Kaya Genç)