Tampilkan postingan dengan label Fotografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fotografi. Tampilkan semua postingan

Cinta Negara Adalah Bagian dari Iman

02.51.00 Add Comment

Vatan sevgisi imandandır

[Foto: Mohammad Iqbal Satria Nusantara]
Ketika menunggu di halte bus depan kampus, ada sebuah bus melintas dan bertuliskan "Vatan Sevgisi İmandandır" yang artinya adalah "cinta negara adalah bagian dari iman". Di Turki tak heran melihat tulisan seperti ini, karena memang jiwa nasionalisme dan spirit bela negara mereka sangat tinggi. Terbukti dari peristiwa kudeta 15 Juli yang lalu di mana rakyat turun ke jalan untuk mempertahankan negaranya, berbagai kalangan rakyat turun jalan demi menunjukkan rasa patriotismenya. Dan pelaku kudeta yang tertuduh dianggap tidak patriotis dan mengkhianati negara.

Menarik ketika melihat yang terjadi di İndonesia malah sebaliknya. Boro-boro ada tulisan seperti di atas, yang banyak adalah goro-goro dan grasak-grusuk semboyan menghina NKRİ sekaligus mengharamkannya. Maka dari sini mari mulai berpikir jernih, tidak baik menyalahkan negara atau organisasi yang tidak sepaham. Kritiklah oknumnya, jangan selahkan negaranya atau rasnya, karena yang seperti itu jauh sekali dari kata Islam. 


Mohammad Iqbal Satria Nusantara
Mahasiswa Master pada Jurusan Islamic Law di Maramara University, Istanbul Turki. Pria optimis dan traveler ini berasal dari Padang yang lahir dan besar di Jakarta. Bisa dihubngi via Facebook.

Maulana Rumi yang Terus Ada

00.41.00 Add Comment

Di relung hati paling dalam rakyat Konya, Mevlana adalah sosok yang dihormati dan didoakan

[Konser dengan Instrumen Kora oleh Ballake Sissiko dari Mali]
Di Konya, Maulana Jalaluddin Rumi yang dikenal dengan sebutan Mevlana selalu ada (tepatnya dihadirkan) di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat Konya khususnya tidak pernah merasa ditinggalkan Rumi. Tentang Rumi yang sudah berpulang tetapi terus hadir dan tak lekang oleh waktu. salah satu penyair modern dan disegani di Turki Sezai Karakoç menulis dalam bukunya berjudul Mevlana (Diriliş Yayınları Cet. 9, 2015), tepat di usia ke 700 meninggalnya Jalaluddin Rumi:

Ölümünün üstünden 700 yıldan artık zaman geçti. Ama o yaşıyor, anılıyor. İnsanlık, onun önünde saygıyla eğiliyor. Dünyada ne kadar değişme olursa olsun, bunda böyle de, anılacak. İnsanlar hep önünde saygıyla eğilecek (Karakoç, hal 7).

Rakyat Turki secara umum dapat menyaksikan marwah di balik kebesaran nama Maulana, dalam kehidupan sehari-sehari yang dibumbui dengan musik-musik tasawuf, Tari Sema yang ditampilkan secara gratis setiap malam Minggu, simbol-simbol Tari Sema yang diperbarui setiap waktu dan taman-taman mawar yang menjadi simbol ajaran cinta dan kasish sayang yang diperkenalkan Rumi kepada seluruh umat manusia. Selebihnya, di relung hati paling dalam rakyat Konya, Maulana adalah sosok yang dihormati dan didoakan selalu.
[Maqrabah Jalaluddin Rumi dari Dekat]
Foto-foto kali ini adalah karya Emre Inanir. Foto-foto terebut diambil ketika menghadiri sebuah konser musik pada acara International Mystic Music Festival ke-13 yang diadakan tanggal 22-30 September setiap tahun (Baca: Wayang Sadat di International Mystic Music Festival), untuk memperingati hari kelahiran Maulana (30 September 1207). Acara yang festival musik yang pertama kali digagas tahun 2004 ini dibuka gratis untuk publik baik lokal maupun internasional. Pengaruh festival ini sudah mendunia dan masukkan oleh Majalah Songline London sebagai 25 of the best international festival tahun 2015.
[Makam Rumi dari Mesum Perang Canakkale, Konya]
[Sudut Seberang Pintu Masuk Makam dan Museum Rumi]


Emre Inanır
Sanliurfa dogumlu Konya Selçuk Üniversitesinde Lisans ögrencisi. Fotograf çekmeyi ve bilgisayar programlariyla ilgilenmeyi çok seviyor [Mahasiswa kelahiran Sanliurfa, Turki, sedang kuliah di jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota yang mencintai fotografi dan programer). Bisa dihubungi via Instagram: @emreinanir, Facebook: @emrinnr dan Twitter: @emr_innr.

Foto 3: Yang Tersisa dari Kudeta

06.01.00 Add Comment

Foto 3: Yang Tersisa dari Kudeta kali ini bertajuk “Warna-Warni Bela Negara”

[Foto @GuzelGonyam]
Di sebagian kota di Turki, Demokrasi Nöbeti terus belangsung hingga malam ini (2/8). Meski tidak seramai sebelumnya, rakyat Turki terus berdatangan ke taman-taman pusat kota masing-masing. Momentum percobaan kudeta yang gagal 15 Juli kemarin bentul-betul dijadikan pemantik bagi mereka demi menggalang persatuan untuk menjaga negara mereka. Latar belakang ideologi—yang kerapkali sulit dipertemykan—seperti kelompok Islamis vs sekuler dan nasionalis vs minoritas suku Kurdi atau dari kalangan liberal dan ateis bersama-sama turun ke lapangan kota untuk memberikan dukungan penuh demi negara mereka.

Foto 3: Yang Tersisa dari Kudeta kali ini bertajuk “Warna-Warni Bela Negara.” Bedanya, foto-foto berikut tidak akan disertakan keterangan (caption) foto. Tujuannya agar pembaca Turkish Spirit a.k.a TSers sendiri yang mendalami dan merasakan dengan emosi dan pendekatan masing-masing.
[Foto @hitongur]
[Foto TC. Cumhurbaşkanlığı]
[Foto @GuzelGonyam]
[Foto @GuzelGonyam]
[Foto TC. Cumhurbaşkanlığı]
[Foto @GuzelGonyam]
[Foto @GuzelGonyam]
[Foto @GuzelGonyam]
[Foto +Anadolu Agency]
[Foto @GuzelGonyam]
[Foto @hdner]
[Foto @aysekesir]


FOTO 2: Yang Tersisa dari Kudeta

16.34.00 Add Comment

Foto-foto berikut adalah edisi "Barisan Lansia untuk Negeri"

[Salah Satu Lansia yang Turun Melawan Kudeta. Foto +Anadolu Agency]
Rabu 19 Juli 2016, pesawat saya mendarat di Bandara Internasional Ataturk, dua hari paska upaya kudeta yang gagal itu. Semua plosok dan gedung-gedung dihiasi bendera bulan sabit dan bintang untuk memperingatkan bahwa kudeta telah gagal dan demokrasi balik berkuasa. Pada malam itu, saya menyaksikan aksi patriotisme yang membuat saya merinding, gerakan masif rakyat Turki yang sulit ditemukan di negara lain. Simbol-simbol negara Turki dan semboyan "ne mutlu türküm diyene" (betapa bahagianya seorang yang menyebut dirinya “Aku Orang Turki”) diangkat tinggi, dicamkan bersama spirit nasionalisme mereka. Pemandangan malam itu adalah bukti nyata dukungan rakyat sipil dari semua latar belakang dan umur kepada negeri yang mereka cintai. Berikut ini adalah foto-foto edisi "Barisan Lansia untuk Negeri."
[Tanganku Mungkin Sudah Lemah, tapi Tidak Pernah untuk Negeriku. Foto @tcbestepe]
[Bendera ini Kami Pegang Erat, Hingga dalam Puncak Nyenyak. Foto @shebabnewsagency]
[Negeri yang telah Melindungi, untukmu Kami Berada. Foto @tcbestepe]   
[Cintaku pada Negeri Ini Tak Akan Pernah Punah. Foto  ‏@MertGungorResmi]
[Raungan Tank Militer Tidak Bisa Membungkam Teriakan Kami untuk Demokrasi. Foto @hamzetekin
[Bapak Presiden, Kali Ini Kami Akan Menjagamu. Foto @trpresidency]
[Tak Ada Lelah dan Payah Untuk Negeri Kami. Foto @GuzelGonyam
[Terus Ayunkanlah Tanganmu Demi Membela Negara. Foto +Google Images]


Ananda Siregar
Anggota Redaksi Turkish Spirit, calon mahasiswi di Fakultas Komunikasi Jurusan Communication Design di Bahcesehir University, Istabul. Seorang blogger & intern di Teens Talk Middle East.

FOTO 1: Yang Tersisa dari Kudeta

04.56.00 Add Comment

Foto-foto berikut adalah edisi Anak-Anak Menjaga Negara”

[Foto +Anadolu Agency]
Redaksi Turkish Spirit terus mengumpulkan berbagai foto yang diambil dari gelombang gerakan massa rakyat Turki yang turun ke kalan dan tempat-tempat publik di seantero Turki. Gerakan supremasi sipil tersebut awalnya dikenal dengan semboyan Menjaga Negara (Vatan Nöbeti) dan berlanjut menjadi semakin luas dengan sebutan Menjaga Demokrasi (Demokrasi Nöbeti).

Foto-foto berikut adalah edisi “Anak-Anak Menjaga Negara”
[Bermainlah Terus dan Jagalah Negaramu, Nak. Foto @tcbestepe]
[Bendera Ini Direbut Dengan Darah, Nak. Foto @tcbestepe]
[Di Tanah Ini Kau Lahir dan Besar, Jagalah, Nak. Foto @onikisubatbeltr]
[Ibu, Saat Bendera Kuselempangkan, Aku Seorang Pahlawan. Foto @GuzelGonyam]
[Hidup dan Banggalah di Bawah Bendera Ini, Nak. Foto @GuzelGonyam]
[Engkau Sudah Ikut Menjaga Negaramu, Nak. Foto @GuzelGonyam]
[Kepalkan Tanganmu, Nak. Foto +Anadolu Agency]
[Kau yang Akan Menjadi Benteng Negara Ini, Nak. Foto @GuzelGonyam
[Bukan Orang Lain yang Akan Menjaga Negara Ini, Nak. Foto T.C. Cumhurbaşkanlığı]



İşte Marmaris!

21.55.00 Add Comment

Marmaris ibarat kabupaten “murtad” bagi provinsinya sendiri, Muğla

[Pantai Içmeler Marmaris]
Marmaris semakin akrab di telinga kalangan pemerhati Turki dan penyuka Recep Tayyip Erdoğan, khususnya setelah ada percobaan kudeta 15 Juli kemarin. Pasalnya, Bapak Presiden Turki tersebut sedang berlibur di pantai Marmaris pada malam jahanam yang alhamdulilah gagal itu.

Kota kabupaten ini terletak di pesisir pantai, dengan penduduk sekitar 88 ribu lebih. Marmaris, Fethiye dan Bodrum ibarat kabupaten “murtad” bagi provinsinya sendiri, Muğla. Karena mereka menutup nama Muğla, ibu kandungnya sendiri. Banyak turis dan rakyat Turki sendiri lebih akrab dengan tiga nama turistik tersebut daripada nama provinsinya. Seperti Bali bagi Indonesia. Turis bisa saja tidak mengenal nama Indonesia tapi lebih akrab dengan nama Bali!

Dalam tulisan berikut ini, saya ingin berbagi beberapa foto hasil solo travel tahun 2015 kemarin ke daerah-daerah pantai terbaik di Turki, terletak di bagian timur laut Mediteranea, tepatnya di Muğla. Sebenarnya saya tidak suka berlibur dan mencari pantai di Turki, karena saya sendiri anak pulau dan sudah kenyang dengan laut. Laut İndonesia lebih dahsyat pastinya. Tetapi karena ada ornamen dan artefak peradaban lama yang melapisi pantai-pantai Turki menjadi tampak lebih eksotis dan mistik bahkan, akhirnya sulit menghindari untuk tidak mencecap dan mendaras aroma sejarah di sana, pelajaran-pelajaran penting yang bisa didapatkan di alam terbuka nan luas. Penjelajahan saya ke sepanjang pantai Meditaranea adalah demi mereguk suasana dan spirit peradaban-peradaban lama yang pernah eksis dan maju di tanah Anatolia, Turki.

Telmessos, Fethiye

Kota tua sisa peradaban Yunani kuno ini berlokasi di daerah selatan dan barat daya tanah Anatolia. Telmessos merupakan kota paling besar dan sekaligus menjadi pusat bagi peradaban Lycia (1250–546 SM), hingga akhirnya ditaklukkan oleh Alexander the Great sekitar tahun tahun 334  SM. Fethiye adalah kota yang nyaman dan tenang. Untuk mencapai bukit yang dikenal dengan Makam Dalyan
[Makam yang Dipahat di Dinding Batu Khas Peradaban Bangsa Lycia]
[Dari Sudut yang Berbeda]
[Dari Lereng Bukit Ke Arah Pantai, Telmessos/Fethiye]
[Antoninus Pius (86-161 M), Salah Satu Raja Romawi Terpajang di Museum Fethiye]
Kampung Mati, Fethiye

Dikenal dengan nama Kaya Köyü (Turki: Kampung Batu), sebuah perkampungan orang-orang Kristen ortodoks bangsa Yunani di Provinsi Muğla yang dipaksa harus meninggalkan tempat kelahiran dan halaman rumah mereka sendiri yang dihuni sejak ratusan tahun. Peristiwa eksodus penduduk tersebut oleh sebab kebijakan pertukaran penduduk antara Turki dan Yunani di awal masa Turki Republik. Bangsa Turki-Islam yang hidup di daerah Yunani setelah Ottoman rontok dan penduduk bangsa Yunani yang tinggal di negara resmi Republik Turki--salah satunya yang hidup di kampung ini--terjadi kesepakatan untuk pindah. Umat Kristiani yang tinggal di pebukitan hijau tersebut benar-benar bersih sekitar setelah tahun 1922, setelah terjadi eksodus benar-besaran ke tanah Yunani.

[Arsitektur Bangunan yang Berbeda di Tengah adalah Sebuah Gereja]
[Buah Tin Gratis di Kawasan Ghost Town]

Amos, Kota Tua di Marmaris

Amos adalah salah satu negara-kota (city-state) yang berlaku dalam sistem pemerintahan Yunani kuno. Plato menyebutnya polis dalam kitab masterpiece-nya berjudul The Republic. Plato melihat polis sebagai sistem pemerintahan yang ideal karena dengan begitu rakyat bisa mengelola kebutuhan hidup bersama. Meski ada kaitannya dengan Yunani, kota-kota nun jauh dari Athena yang menjadi negara-kota mereka diserahkan sebagai milik komunitas masing-masing, thekherronēsioi (the people of the peninsula). Di Turki, sepanjang tepi pantai Mediteranea kita bisa menemukan negara-kota sisa-sisa peninggalan perdaban Yunani kuno. Orang Turki menyebutnya antik kent (kota antik). Amos adalah salah satunya, dihuni sejak sekitar 300-200 SM. Amos mempunyai ampli teater khas kota-kota Yunani kuno yang menghadap ke laut luas. Antik kent Amos ini berlokasi di kawasan salah satu pantai terbaik di Marmaris bernama İçmeler. Tepat di seberangnya ada sebuah daerah hunian pribadi bernama Profesörler Sitesi, dirancang oleh arsitek khusus dan terletak di undakan-undakan bukit yang menghadap pantai Amos.

Selama saya menjelajahi dan menikmati kota-kota tua sisa peradaban Yunani kuno di sepanjang pantai Meditaranea, Amos adalah satu-satunya peninggalan penting yang paling rusak dan tidak terjaga kelestaiannya.
[Menuju Amos]
[Ampliteater Itu]
[Di Mana-mana Pohon Zaitun]
[Tangga Menuju Situs Amos]
[Puing-Puing Itu....]
[Saya Sedang Menekuri Sisi Lain Ciptaan Allah yang Maha Luas Ini]
[Dari Amos ke Professor Sites di Ujung Sana]
[Tepat di Bawah Bukit Tepi Pantai Itu Saya Mengingap Ditemani Desir Ombak]
Benteng di Kota Marmaris

Tepat di pusat kota yang langsung menyentuh bibir pantai itu, ada sebuah benteng (kale) yang tegak perkasa. Benteng ini dibangun sekita abad kedua SM. Di sana pula ada museum yang menyimpan kepingan sejarah dan kenangan kota tua bernama Marmaris.
[Koridor pada Benteng]



[Tepat di Depan Museum, Minta Difoto]
[Patung Mustafa Kemal Ataturk di Pusat Kota Marmaris]
[Suasana Turis Tepi Pantai Pusat Kota Marmaris]
Demikian dulu. Catatan-catatan perjalanan lainnya insya Allah menyusul.


Bernando J. Sujibto
Penulis dan Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi di Selcuk University, Konya Turki. Suka solo travel hampir semua regional di Turki. Jika ada waktu dan kesempatan, penulis segera ingin menyisiri Laut Hitam, satu-satunya regional yang belum dikunjunginya. Sedang merampungkan riset tesis tentang karya Orhan Pamuk. Follow Twitter @_bje.