Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan

Filantropi Komunitas di Istanbul

17.06.00 Add Comment

"Melihat rasa takut dan trauma di mata pengungsi"

[Foto: Website Maya Vakfi]
Filantropi adalah sebuah kata yang berasal dari dua kata Yunani philos dan anthropos. Philos  bisa diterjemahkan  dengan “aksi mencintai” dan anthropos adalah "manusia", sehingga definisi kata filantropi yang kita pahami sekarang adalah"cinta untuk kemanusiaan". Filantropi diyakini menjadi bagian penting dari sebuah komunitas dalam masyarakat. Dalam komunitas sosial kita, tindakan filantropi terus berkembang melalui banyak yayasan kemanusiaan dan LSM (lembaga swadaya masyarakat) yang tujuannya adalah  membantu mengurangi masalah sosial dan situasi-situasi kehiudpan secara umum. Salah satu yayasan kemanusiaan yang ada di antara komunitas Istanbul adalah Maya Vakfi alias Yayasan Maya yang berfokus untuk merehabilitasi trauma yang dihadapi oleh para korban negara-negara yang dilanda perang.

Maya Vakfi didirikan pada tahun 2015 dengan cakupan proyek seperti “project lift“ yang telah dimulai dari tahun 2014. Proyek itu muncul ketika seorang murid SMA yang bernama nama Emir Özsüer melihat jumlah pengungsi yang semakin meningkat dengan cepat di kota asalnya di Istanbul. Özsüer yang mengaku telah melihat rasa takut dan trauma di mata pengungsi mulai merenungkan bagaimana rasanya berdiri di sepatu orang-orang seperti mereka. Seperti yang dijelaskan dalam situs resmi yayasan (www.mayavakfi.org ), Özsüer menyatakan pengalamannya sebagai berikut:

“Anda bisa membaca trauma dari mata mereka dan ketakutan yang ada di dalamnya bersama dengan semua perasaan yang luar biasa yang disebabkan oleh penolakan sosial. Saat itu, saya mengerti bahwa ketakutan mereka bukan hanya perasaan lagi, tetapi itu telah menjadi reaksi, semacam jeritan untuk meminta petolongngan.”

Özsüer, yang telah mengunjungi kamp pengungsi di Gaziantep, terus melakukan penelitian tentang pengalaman traumatis pada anak-anak. Dalam penelitiannya tersebut dia kemudian menemukan bahwa trauma masa kecil membawa penderitaan dan kesengsaraan  dalam hidup mereka dan akhirnya ia menyimpulkan bahwa orang-orang ini layak diberikan dukunggan, kebaikan dan kasih sayang. Sebagai individu yang menyukai praktik filantropis, ia mendirikan “project lift“  dengan slogan “Pegang tanganku, supaya aku bisa bertahan”. 

“Project lift” ini dirancang untuk membantu memulikan anak-anak  dari peristiwa traumatis melalui penerapan keterampilan seni, musik dan juga terapi tarian, dengan panutan dari psikologis profesional dan sukarelawan lain yang bersedia berkontribusi dalam kegiatan filantropis.

Sampai hari ini Maya Vakfi tetap beraktivitas membantu anak-anak dengan latar belakang traumatis. Dalam visi dan misi mereka disebutkan bahwa mereka memimpikan masyarakat yang produktif, terbuka untuk eksplorasi dan berbakti untuk membantu orang lain. Yayasan Maya terdiri dari para individu yang sehat dan memiliki masa kanak-kanak yang bebas dan aman. Yayasan Maya juga meynediakan proyek-proyek yang bertujuan untuk memperbaiki  pertumbuhan akademik  untuk  anak- anak pengungsi, contohnya seperti kelompok belajar bersama.

Pembentukan yayasan kemanusiaan yang sukses seperti Maya Vakfi tidak hanya mengundang filantropi dalam komunitas di kota seperti Istanbul, tetapi hal ini juga menunjukkan konsep integrasi yang menentukan bahwa yayasan tersebut dapat membangun lingkungan yang beragam dan para individu yang saling  berdiri bersama untuk meperoleh lingkungan yang lebih baik dengan rasa persatuan masyarakat yang mengutamakan rehabilitasi dan pendidikan.

Jadi, apakah Anda akan memegang tangan mereka, sehingga mereka dapat bertahan?



Ananda Siregar Calon mahasiswi di Fakultas Komunikasi Jurusan Communication Design di Bahcesehir University, Istabul. Seorang blogger & intern di Teens Talk Middle East.

Partai AKP dan Perjudian di Turki

14.01.00 Add Comment

Ketika tahun pertama partai AKP berkuasa di tahun 2002 pendapatan dari judi 1.43 miliar Lira dan telah meningkat dua kali lipat pada tahun 2016 menjadi 2.814 miliar Lira.

[AKP dalam salah satu kampanyenya di Konya, 2014. Foto: Bernando J. Sujibto]
Cuaca dingin tak menghalangi warga istanbul untuk antri membeli nomor togel Nimet Abla di kawasan Eminonu, Istanbul (Hurriyet, 2017). Toko yang tepat bersebelahan dengan masjid Yeni Cami ini telah bertahun-tahun menjual togel terutama pada akhir tahun ketika undian berhadiah besar dilakukan. Perjudian di Turki diatur oleh pemerintah lewat sebuah badan perjudian nasional (Milli Piyango Idaresi). Lalu bagaimana dengan perjudian di Turki di zaman partai AKP yang terkenal Islami itu?

Judi togel telah ada di Turki bahkan  dari zaman kesultanan Osmai pada pertengahan abad ke 19. Sempat dilarang oleh Sultan Abdulmajit pada tahun 1855 dan kembali diperbolehkan ketika Sultan Abdulaziz berkuasa pada tahun 1865. Lalu Sultan Abdulhamid II memperbolehkan perjudiaan togel ini dengan syarat uang yang diperoleh sebagian digunakan untuk kepentingan masyarakat (Idaresi, 2013). Dengan izin sultan, walikota Izmir pada waktu itu membuat undian togel untuk membantu pembangunan rumah pekerja pada tahun 1887. Untuk membantu para janda akibat perang Osmani-Yunani di tahun 1897 diadakan juga undian togel. Komunitas penerbang (teyyare cemuiyeti) di tahun 1926 hingga tahun 1939 memonopoli judi togel di Turki dan menggunakan uang yang diperoleh untuk membeli pesawat untuk kepentingan militer (Toplum, 2016). Barulah pada tahun 1939 badan urusan perjudian nasional Turki didirikan.

Hingga Turki di bawah kekuasaan partai AKP yang digambarkan sangat Islami itu pun perjudian tetap berlangsung bahkan jumlah konsumennya meningkat 2.5 lipat dari tahun 2003 (Odatv, 2009). Badan perjudian nasional Turki berada di bawah Kementrian Keuangan Turki dan perjudian tebak gol dalam sepak bola juga memiliki garis koordinasi dengan Kementrian Pemuda dan Olahraga Turki. Hal yang menarik juga ialah ketika anak seorang mantan kepala penasihat mufti Istanbul menjadi direktur judi bola Spor Toto dari tahun 2006 hingga 2012 lalu digantikan oleh salah satu penasihat di Kementrian Pendidikan Turki hingga sekarang. Jenis judi pun semakin beragam dengan diluncurkannya judi Bola Super Loto 6/54 di tahun 2007 yang sekarang menjadi salah satu judi yang paling digemari di Turki. Diperkirakan setiap hari ada lebih dari empat juta orang menjadi konsumen judi.

Ketika tahun pertama partai AKP berkuasa di tahun 2002 pendapatan dari judi 1.43 miliar Lira dan telah meningkat dua kali lipat pada tahun 2016 menjadi 2.814 miliar Lira. Jumlah uang yang didapat itu telah diatur pembagiannya melalui Undang-Undang Nomor 5602 tahun 2007 tentang pengaturan pajak permainan keberuntungan dan pembagiannya. Menurut peraturan itu jumlah uang yang dibagikan untuk pemenang ialah 40-59 persen dari total pendapat tahun itu. Lalu pemerintah mengambil pajak permainan keberuntungan sebesar 8% serta pajak pertambahan nilai sebesar 15%. Publik juga mendapat bagian dari uang judi sebesar 18-21% dan sisanya dipakai untuk membagi keuntungan bersama reseller nomor togel serta operasional perusahaan (Idaresi, MPI Yillik Raporu, 2016).

Meskipun bagian untuk publik itu terlihat lumayan signifikan (digunakan sebagai bantuan sosial masyarakat), uang tersebut diprioritaskan untuk mendukung industri pertahanan di mana kebijakannya cenderung cepat berubah dalam satu waktu. Hingga tahun 2016 Badan Perjudian Turki telah membangun tiga pusat rehabilitasi, 10 asrama pelajar, 40 sekolah, 348 unit apartemen guru, dan satu unit kompleks olahraga. Sekolah yang dibangun juga bukan hanya sekolah sekuler pemerintah, tapi juga sekolah islam Imam Hatip di daerah Bagcilar, Istanbul. Uang tersebut juga digunakan untuk mendukung klub olahraga di Turki (Idaresi, MPI Yillik Raporu, 2016). Meskipun Diyanet (Direktorat Urusan Agama Islam Turki) telah mengeluarkan fatwa haram permainan yang berdasar untung-untungan tersebut, namun masyarakat tetap ikut andil dalam perjudian.

Ada beberapa anggapan dari masyarakat luar Turki bahwa rakyat Turki—karena pengalaman sekulerisasi dan sebagainya—masih jauh dari nilai-nilai agama Islam. Namun kalau memang pemerintah AKP yang sudah sangat kuat itu tidak menghendakinya, dalam hitungan menit pun seluruh jenis perjudian di Turki akan ludes  jadi ampas. Tapi kenapa hingga sekarang masih dibiarkan? Tanyakan pada ombak yang berkecipak di Bosphorus….

Turki nampaknya berhasil mengelola uang panas itu untuk digunakan dalam industri  pertahanan dan kepentingan sosial negara. Antusiasme masyarakat juga meningkat yang berarti pengelolaan uang itu juga dapat dipercaya. Badan Perjudian Nasional Turki juga tengah meningkatkan pelayanan agar lebih baik dengan cara digitalisasi sistem judinya. Perjudian juga diberikan kebebasan untuk beriklan dan ada koran khusus yang terbit membahas judi dan hasil undian.

Daftar rujukan:
Hurriyet. (2017, December 21). Retrieved december 29, 2017, from Hurriyet.com:        http://www.hurriyet.com.tr/61-milyonluk-milli-piyango-bileti-kuyrugu-40685623
Idaresi, M. P. (2013, december 29). Retrieved december 29, 2017, from www.millipiyango.gov.tr: http://millipiyango.gov.tr/node/40
Idaresi, M. P. (2016). MPI Yillik Raporu. Ankara: Milli Piyango Idaresi.
odatv. (2009, Maret 10). Retrieved December 29, 2017, from www.odatv.com: https://odatv.com?akp-kumarbaz-cikti-1003091200_m.html
Toplum, T. (2016). Retrieved december 29, 2017, from www.tarihtoplum.org: http://www.tarihtoplum.org/osmanlida-milli-piyango/


Fikri Rahmat
Penulis adalah mahasiswa S1 Ilmu Politik dan Hubungan Internasional, Yıldız Teknik Üniversitesi, İstanbul. Penerima beasiswa YTB 2014. Minat kajian sejarah politik, kebijakan publik, dan bahasa.

Sejarah Bahasa Turki

17.54.00 Add Comment

"Periode 1928 terjadi revolusi bahasa dimana Pemerintah Turki saat itu yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk memutuskan untuk menghapus penggunaan huruf Utsmani dan menggantikannya dengan huruf latin"

(Alfabet Bahasa Usmani, Foto: http://www.risaleforum.com/)

Kuliah dimana?”
“Di Turki”
“Wah pinter Bahasa Arab dong…”
“Bahasa Arab??????”

Cuplikan percakapan tersebut mungkin beberapa kali bahkan sering terjadi kepada kita yang sedang menuntut ilmu atau merantau ke Turki. Tak bisa dipungkiri, masih banyak masyarakat di Indonesia yang membayangkan Turki sama dengan negara-negara yang ada dikawasan  Timur Tengah. Misalnya saja, banyak gurun, ada hewan Unta, ataupun wanita harus bercadar dan pintar berkomunikasi dengan bahasa Arab.

Ealah budhe, gimana bisa ngomong Bahasa Arab lha wong baca Al-Qur’an aja ga semua temen-temen Turkiku bisa, batinku saat berjumpa dengan orang baru.
Kalau anda masih bertanya, jadi dengan bahasa apa jawabannya sudah jelas dan pasti yaitu Bahasa Turki.

Lho memang ada Bahasa Turki? (makanya beli buku Turki yang Tak Kalian Kenal biar lebih tahu).
Secara rumpun, Bahasa Turki ini masih bersaudara dengan Bahasa Jepang dan Bahasa Korea. Ketiganya tergabung dalam rumpun Bahasa Altay. Kalau dilihat dari tata bahasanya banyak ditemukan persamaan terutama pada bagian mencantumkan banyak –akhiran.  Sebagai contoh,  dalam menunjukkan suatu kata yang mengandung arti jamak dalam Bahasa Turki setiap kata benda mendapatkan akhiran –lar atau –ler. Ingin tahu lebih banyak contoh Bahasa Turki? Bisa ditemukan di buku Turki Yang Tak Kalian Kenal.

Dahulu Turki Pernah Memakai Bahasa Arab

Fenomena tersebut pernah terjaadi  ketika Bangsa Turki masih menggunakan Bahasa Utsmani dengan huruf utsmani yang wujudnya dalam alfabet Arab.

Bahasa Turki lahir setelah melewati beberapa fase dalam sejarahnya. Bahasa Turki pertama (İlk Türkçesi) muncull di era kegelapan. Disebut era kegelapan karena tidak ada Bahasa Turkipada  masa itu terutama dalam bentuk tulisan tangan yang tersisa dan dijadikan sebagai bukti . Di era tersebut bahasa yang digunakan adalah Bahasa Altay yang kemudian menjadi cikal bakal Bahasa Turki, Bahasa Korea, Bahasa Jepang, Bahasa Mongolia, dsb. Sebelum terpisah menjadi beberapa bahasa, Bahasa Altay hanya dibedakan berdasarkan dialek yang terbagi menjadi dialek Yakutça dan Çuvaşça.

Masih di era kegelapan Bahasa Turki, muncullah Ana Türkçesi dimana bahasa yang digunakan mulai terlihat perbedaannya dengan Bahasa Altay dan terpisah dan pada akhirnya sebagai bahasa sendiri.
Fase berikutnya adalah lahirnya Eski Türkçesi atau Bahasa Turki kuno pada sekitar abad ke-6 sampai 13. Pada masa ini bisa dikatakan sebagai periode pertama munculnya dokumen tertulis berbahasa Turki. Salah satu bukti keberadaan bahasa turki kuno tersebut dapat ditemukan dalam prasasti Orhun. Teks-teks Turki Kuno dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :


Teks Göktürk : Merupakan teks yang ditulis oleh Bangsa Gokturk diatas batu pada tahun 552-754 M dengan huruf Gokturk yang dikembangkan sendiri oleh Gokturkler. Beberapa prasasti terkenal peninggalan Gokturk diantaranya adalah Kül Tigin, Bilge Kağan Vezir Tonyukuk, dan  Köktürk Yazıtları (Orhun Abideleri).

Teks Uygur : Merupakan peninggalan Bangsa Uygur yang tertulis baik diatas batu maupun kertas dengan pengaruh ajaran Budizm dan Maniheizm. Bahasa Uygur saat ini masih banyak digunakan oleh Bangsa Uygur yang tersebar di Asia Tengah termasuk Uyghur-Xianjiang di Cina.

Teks Karahanlı : Merupakan peninggalan Bangsa Karahan pada tahun  840-1212 M. Bangsa Karahan merupakan pendiri pertama pemerintah dengan pengaruh keislaman  (termasuk penulisan dalam huruf Arab dan menerjemahkan Al-Quran). Terdapat beberapa karya yang dapat ditemukan, diantaranya  Divân-ı Hikmet, Atabetü’l-Hakayık, Dîvânü Lûgati’t-Türk dan Kutadgu Bilig.

Pada abad ke-12 Bahasa Turki mulai menyebar baik ke wilayah barat maupun utara dengan berbagai budaya yang mulai berubah. Perubahan tersebut juga berpengaruh dengan penggunaan Bahasa Turki yang terbelah menjadi Bahasa Turki Barat dan Bahasa Turki Utara-Timur. Bahasa Turki Utara-Timur (Küzey-Doğu Türkçesi) mengalami perkembangan sampai akhirnya terlahir Kazak Türkçesi, Kırgız Türkçesi, Özbek Türkçesi, Uygur Türkçesi dan Tatar Türkçesi. Sedangkan Bahasa Turki Barat (Batı Türkçesi) mengalami beberapa kali revolusi sampai terlahir Bahasa Turki (Türkiye Türkçesi) yang sekarang digunakan sehari-hari oleh masyarakat Turki.

Perkembangan Batı Türkçesi selanjutnya disebut Eski Anadolu Türkçesi yaitu Bahasa Turki yang digunakan oleh masyarakat Anatolia pada abad ke 13-15. Bahasa tersebut juga digunakan sebagai bahasa tulisan pada masa pemerintahan Selcuk, Utsmani dan penulisan dokumen resmi oleh instansi di kawasan Anatolia. Beberapa karya terbaik dengan Eski Anadolu Türkçesi diantaranya adalah Divanı (Yunus Emre), Nushiye (Risatetü), Mevlit’i (Süleyman Çelebi), Garipname (Aşık Paşa) , syair pujian dan sajak yang ditulis oleh Hoca Dehhani.

Lambat laun Bahasa Turki mendapatkan pengaruh dari Bahasa Arab dan Bahasa Persia sehingga pada abad ke 16-20 muncul Osmanli Türkçesi (Bahasa Turki Utsmani). Selain munculnya bahasa serapan, secara tata bahasa juga banyak mengalami perubahan yang berbeda dari bahasa sebelumnya (Eski Anadolu Türkçesi). Peninggalan Bahasa Utsmani masih banyak ditemukan sampai sekarang termasukdalam bentuk manuskrip Ottoman yang banyak dijadikan rujukan untuk mempelajari sejarah kekhalifan Utsmani.

Pada abad ke-19 muncul gerakan bahasa baru yang diprakarsai oleh Ömer Seyfettin dkk dengan terbitnya majalah Genç Kalemler. Penerbitan majalah tersebut bertujuan untuk melahirkan bahasa baru yang berasal dari bahasa lisan (Gaya Istanbul) dengan mengadopsi beberapa prinsip termasuk prinsip untuk menghapuskan pengaruh Bahasa Arab dan Bahasa Persia.

Sampai pada periode 1928 terjadi revolusi bahasa dimana Pemerintah Turki saat itu yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk memutuskan untuk menghapus penggunaan huruf Utsmani dan menggantikannya dengan huruf latin. Selanjutnya pada tahun 1932 terbentuklah Institut Bahasa Turki (Türk Dil Kurumu) yang bertugas untuk menyederhanakan Bahasa Turki lama dan mematangkan kelahiran Bahasa Turki baru sesuai dengan prinsip yang sudah ditetapkan pemerintah saat itu.

Setelah melalui perubahan dari beberapa periode, lahirlah Bahasa Turki (Türkiye Türkçesi) yang disambut sebagai periode Bahasa Turki modern.  Bahasa Turki modern inilah yang digunakan oleh masyarakat Turki sampai sekarang dan yang juga menjadi bahasa pengantar di sekolah atupun universitas di seluruh Turki.
(Alfabet Bahasa Turki, foto:/www.izlesene.com)

Selain Bahasa Turki yang digunakan oleh masyarakat Turki, didalam periode Bahasa Turki modern ini juga lahir Bahasa Turki baru yang digunakan oleh orang Azerbaijan (Azeri Türkçesi) dan orang Turkemenistan (Türkmen Türkçesi).  Meskipun tidak sama persis 100%, akan tetapi dari ketiga bahasa tersebut masih memiliki beberapa persamaan terutama dalam perbendaharaan kosakata yang terpengaruh dari bahasa terdahulu. Jadi jangan heran jika memiliki teman asing yang datang dari kedua negara tersebut bisa mempelajari Bahasa Turki lebih cepat daripada kawan-kawan dari negara-negara lain terutama Indonesia.



Semoga penjelasan diatas bisa memberikan pencerahan dan pengetahuan bahwa pelajar di Turki tidak semuanya bisa Bahasa Arab (dan tidak harus bisa) karena memang tidak menggunakan Bahasa Arab melainkan dengan Bahasa Turki baik di lingkungan sosial maupun akademik. 



Roida Hasna Afrilita
Tim redaksi Turkish Spirit, mahasiswi Jurusan Ilmu Pendidikan Bahasa Turki di Canakkale Onsekiz Mart Univeristesi, Canakkale Turki. Pelajar Indonesia asal Magelang Jawa Tengah ini memiliki minat pada konsep dan menejemen pendidikan dan pengajaran. Instagram @roidanana.

Misriani, Gelin Indonesia Pertama di Turki?

11.57.00 1 Comment

"Pertam kali, saya belalajar kata ‘Ben’ (saya), dan ‘Sen’ (kamu, anda). Saya berhasil menyesuaikan dan mempelajari dua kata ini."

[Ilustari. Foto: http://www.vogue.es/]
Sebagai negara yang memiliki sejarah dan peradaban besar, Turki selalu menjadi pilihan destinasi bagi para wisatawan. Salah satunya adalah para pelancong dari kawasan Asia, termasuk negara kita Indonesia. Seiring waktu, Turki bukan hanya dikenal sebagai tujuan wisata bagi Indonesia, tetapi menjadi salah satu negara yang cowok-cowoknya mulai digandrungi oleh sebagian gadis Indonesia. Di antara gadis-gadis yang dipersunting pria Turki, ada seorang ibu yang ditengarai sebagai perempuan pertama yang menikah dengan pria Turki. 

Pernyataan di atas tentu saja butuh diklarifikasi untuk memastikan data, tetapi berdasarkan kronik tahun, Ibu Misriani, wanita asal Banyuwangi, Jawa Timur, mungkin saja menjadi gelin (menentu perempuan) yang masuk generasi kids zaman old. Misriani pernah diwawancarai oleh salah satu media Turki Senoz Deresi tentang cerita hidupnya selama berada di Turki sejak tahun 1985. Berikut ini adalah terjemahan dari wawancaranya yang telah diterbitkan pada 16 Desember 2011.

Misriani lahir pada 22 Agustus 1968 di Banyuwangi adalah bungsu dari tiga bersaudara. İa menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Kemudian pada tahun 1985 ia tiba di Turki, saat itu usianya 17 tahun. Sebelumnya, Misriani bekerja di sebuah kapal dan bertemu dengan Ismail, pria berkewarganegaraan Turki yang berasal dari kota kecil Çayeli yang berada di Provinsi Rize—wılayah Laut Hıtam. Ringkas cerita, Ismail menikah dengan Misriani dan memulai kehidupan baru di Kota Çayeli. Sebagai seorang gelin—istilah yang digunakan untuk warga asing yang menikah dengan warga negara Turki, ia sudah lama sekali tidak mengunjungi İndonesia dan merasa sangat rindu dengan tana airnya. Meryem Şahin, jurnalis dari Senoz Deresi berjumpa langsung dengan Misriani dan berbincang tentang pengalamannya tinggal di Turki.

Meryem Şahin: Kita mulai dengan cerita tentang kedatangan anda dari Indonesia ke Çayeli. Bagaimana perjumpaan anda dengan suami?

Misriani: Nama suami saya, İsmail. Saat datang ke Indonesia, ia bermaksud untuk memulai bisnis. Di waktu itu, saya juga sedang mencari pekerjaan sebagai penerjemah. Dan awalnya, Ismail adalah teman dari paman saya. Sejak momen itu kami pertama kali bertemu satu sama lain.

Meryem Şahin: Bagaimana respon keluarga anda tentang pekerjaan tersebut? Karena untuk melepas seorang anak perempuan ke daerah yang jauh dari kampung halamannya bukanlah hal yang mudah. Apakah anda menikah dengan restu dari mereka?

Misriani: Sebenarnya saya tidak menyampaikan semua hal tentang ini (pekerjaan). Karena awalnya kakek saya berpikir tempat ini sangat jauh. Tetapi, akhirnya saya mendapatkan persetujuan tentang apa yang saya inginkan.

Meryem Şahin: Sepertinya itu adalah sebuah keputusan yang berani, penuh pertimbangan. Karena anda sama sekali tidak mengetahui bahasa dan budaya tempat yang anda kunjungi.

Misriani: Sebenarnya suami saya pernah berujar kepada saya bahwa kami akan tinggal di Indonesia,  begitu ujarnya. Ia mengatakan akan menata dan mengurus bisnisnya di sana (Indonesia). Saya pun menyetujuinya. Akan tetapi dalam waktu selanjutnya, hal tersebut tidak terjadi. Sampai dengan 15 hari setelah itu, kami memutuskan untuk ke Istanbul. Kemudian kami berangkat menuju ke Rize di kota Çayeli.

Meryem Şahin: Bagaimana pertama kali anda tiba di Turki? Apa saja pengalaman yang anda rasakan?

Misriani: Di Istanbul, saya pertama kali melihat secara langsung salju. Rasanya sangat aneh. Butuh  waktu bagi saya untuk menyesuaikannya. Kami berada di Istanbul selama dua hari. Setelah itu kami menuju ke kota Ankara, tepatnya ke kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk pengurusan izin tinggal di Turki. Akan tetapi, pihak KBRI tidak bisa memberikan izin tinggal kepada saya karena usia saya yang masih muda. “and tidak akan bisa mendapatkan izinnya”, dan menyampaikan bahwa saya akan dikembalikan ke Indonesia. Namun, saya tidak menolaknya.

Meryem Şahin: Bagaimana perasaan anda saat tiba di Rize? Bagaimana respon orang-orang di sana? Apakah ada kabar tentang kedatangan anda di Çayeli?

Mirsiani: Setelah tiba di Istanbul, suami saya, Ismail, mencari rumah. Setelah itu rampung, baru kami berkabar. Hari pertama tiba di Rize, saya menikmati sarapan (kahvaltı) khas Turki yang telah disiapkan. Akan tetapi, di kampung halaman saya di Indonesia, untuk sarapan kami biasanya mengonsumsi nasi dan lauk lainnya. Saat sarapan, bahkan saya tidak mengambil satu pun makanan. Dan itu sangat aneh bagi beberapa orang yang ada pada saat itu. “Hey, Ismail. Ia membawa beberapa buah biji kacang”. Dan dalam situasi tersebut, saya sama sekali tidak paham apa yang sedang dibicarakan. Hari pertama ke rumah (di Çayeli), “pengantin—orang asing, telah datang, begitu ujar beberapa orang”. Jalanan di sekitar tempat tinggal sangat ramai oleh warga yang datang. Mereka sangat penasaran dengan saya. Hari itu rasanya sangat berat dan tersulit yang pernah saya alami.

Meryem Şahin: Apakah anda melangsungkan pesta pernikahan?

Mirsiani: Tidak. Hanya menikah saja. Pesta pernikahan diselenggarakan ketika kembali lagi ke Turki. Di Indonesia, kami tidak bisa menikah secara resmi karena ada peraturan yang mengharuskan memiliki kartu identitas sebagai warga negara saat usia 18 tahun.  Saya membawa ijazah SMA ke sini (Turki). Saya mendapatkan passport dengan ijazah dan selanjutnya menikah. Namun, kami harus menunggu sampai satu tahun untuk pernikahannya.

Meryem Şahin: Ketika anda telah menjadi pengantin, apakah anda tinggal bersama kerabat anda?

Mirsiani: Iya. Kami sudah tujuh tahun tinggal bersama. Di Indonesia, kami memiliki keluarga besar. Dan ketika saya ke sini, saya merasa sangat kesepian. Pada enam bulan pertama, saya tinggal bersama suami, Ismail. Selanjutnya selama 13 bulan setelahnya Ia bekerja di kapal. Saya tidak akan pernah melupakan hari-hari saat tak bersamanya. Saya merasa seperti seorang anak yatim.

Meryem Şahin: Kapan persisnya anda memperoleh kewarganegaraan Turki?

Mirsiani: Dua tahun setelah saya di Turki.

Meryem Şahin: Berapa orang anda sekarang?

Mirsiani: Saya memiliki empat orang anak. Tiga orang laki-laki dan seorang perempuan. Anak laki-laki tertua namanya Bilal, kuliah di Yıldız Tehnical University jurusan teknik perkapalan. Ali dan Ahmet masih SMA. Dan yang terakhir, Meryem, masih kelas lima sekolah dasar (SD).

Meryem Şahin: Anda memiliki budaya dan jenis makanan yang sangat berbeda dengan Turki. Apakah sulit untuk beradaptasi dan menyesuaikannya?

Mirsiani: Di Indonesia kami lebih sering memasak nasi dan sayur. Ketika pertama kali tiba di sini, saya hanya memasak nasi dan mengambil beberapa sayur yang ada di kebun. Kemudian mengolahnya menjadi sayuran untuk dimakan.

Meryem Şahin: Apakah anda tahu cara memasak?

Mirsiani: Tidak. Semuanya saya pelajari di sini.

Meryem Şahin: Makanan apa yang pertama kali anda buat?

Mirsiani: Saya pertama kali belajar memasak dengan suami. Saat itu, ia memasak ‘mimci muhalama’ (makanan khas Rize). Pada hari selanjutnya, saya mencoba untuk membuat Mimci Muhalama. Hasilnya tidak terlalu bagus, namun suami memuji dan menyukai masakan saya. Hal itu membuat saya sangat bersemangat untuk terus belajar memasak. Dan saya mendapatkan dukungan dari suami.

Meryem Şahin: Apa hal tersulit yang anda jumpai di Rize?

Mirsiani: Di Indonesia, kami bercocok tanam padi dan jagung. Dan ketika saya di Rize, saya paham bagaimana caranya mengumpulkan daun Teh, bercocok tanam di kebun ataupun beternak sapi. Saya telah belajar dan mendapatkan Rahmat, petunjuk dari Allah SWT. Dan perlahan saya menyukai kegiatan bekebun.

Meryem Şahin: Apa hal teraneh yang anda jumpai di Rize?

Misriani: Di sini saya pertama kali menjumpai minuman yogurt yang dicampur dengan jeruk (orange). Di Indonesia, kami hana memproduksi susu sapi. Sebenarnya Yogurt adalah minuman yang sama sekali tidak saya ketahui. Butuh waktu untuk menyesuaikannya. Di sini, saya menjumpai rumah kayu yang sangat berbeda dengan tempat tinggal saya di Indonesia. Biasanya, kami hanya membuatnya dari Bambu. Inı disebabkan cuaca panas yang ada di Indonesia. Di sini, saya juga melihat cara orang berbicara dengan suara yang tinggi (kencang), itu juga yang sulit bagi saya. Kami terbiasa berbicara dengan suara yang lembut, tidak kencang. Saya terkejut dengan situasi yang saya hadapi ketika semua orang di sini berbicara sambil berteriak.

Meryem Şahin: Apa kata pertama yang anda pelajari?

Mirsiani: Pertam kali, saya belalajar kata ‘Ben’ (Saya), dan ‘Sen’ (Kamu, anda). Saya berhasil menyesuaikan dan mempelajari dua kata ini.

Meryem Şahin: Kapan anda belajar berbicara dengan bahasa Turki?

Mirsiani: Saya merampungkannya selama satu tahun. Saya tidak akan pernah melupakan Emine.Ia telah banyak mengajari bahasa Turki kepada saya. Dan saya berhutang budi kepadanya.

Meryem Şahin: Apakah anda masih bisa berbahasa Indonesia?

Misriani: Saya bisa katakan, saya telah lupa dengan bahasa ibu saya. Lebih banyak campur aduk dengan kata-kata dalam bahasa Turki. Mungkin karena sudah lama tidak mempraktikannya, akhirnya lupa.

Meryem Şahin: Apakah anda masih berkomunikasi dengan kerabat anda?

Misriani: kakek saya telah wafat. Saya mengetahuinya lewat surat yang disampaikan oleh paman dan bibi. Saya tidak tahu dimana kedua orangtua saya. Karena sejak kecil, saya juga tidak mengetahui keberadaannya. Di sini, saya menjumpai seseorang yang bekerja sebagai perawat. Namanya Faridah. Dan kami berjumpa di desa Yomra yang terletak di kota Trabzon.

Meryem Şahin: Apakah anda pernah berkunjung ke Indonesia lagi?

Misriani: Tidak. Saya tidak memiliki waktu untuk ke sana.

Meryem Şahin: Apakah anda ingin ke sana?

Misriani: saya ingin sekali ke Indonesia. Tetapi sangat tidak mungkin. Saya sangat rindu untuk berjumpa lagi dengan paman dan bibi. Juga melihat kebun dan tempat kelahiran saya.

Meryem Şahin: Jika dalam sebuah pertandingan antara Turki dengan Indonesia. Manakah yang akan menang?

Misriani: Tentu saja, Indonesia.

Catatan: Misriani tidak berkenan fotonya dipublikasi.

[Didid/Redaksi TS]



Masal Masal İçinde: Turki, Negeri Dongeng

18.49.00 1 Comment

"Dongeng sebagai makna lugas dan leksikal, cerita yang diwariskan kepada anak cucu. Bahkan di Turki, kepada para pelajar. Sesederhana membaca dongeng, fiksi yang laris dan menjadi kegemaran di Turki ternyata bisa berguna sebagai media ‘aktualisasi diri’."

(Buku: Masal Masal İçinde, Karya Ahmet Ümit. Foto: Goodreads)

Banyak orang mencoba membayangkan bagaimana sebenarnya wujud dari negara Turki, hingga mereka masuk pada kesimpulan tentang negara yang mirip seperti negeri dongeng. Hal ini disebabkan karena panorama alam yang sangat indah beserta jejak sejarahnya yang sangat mashur dan menjadi daya pikat yang luar biasa bagi para pelancong dan pelajar. Bahkan dewasa ini, Turki masih menjadi pilihan untuk destinasi utama wisata sejarah, arkeologi ataupun tentang riset ilmu pengetahuaan pada bidang sosial politik, kebudayaan, agama, budaya dan sastra.

Turki, selain perwujudan perkembangan dalam negeri yang cukup cepat, di dalamnya justru tersimpan hal-hal yang esensial. Ada dongeng yang lebih bermakna bagi banyak pemudanya. Dongeng sebagai makna lugas dan leksikal, cerita yang diwariskan kepada anak cucu. Bahkan di Turki kepada para pelajar. Sesederhana membaca dongeng, fiksi yang laris dan menjadi kegemaran di Turki ternyata bisa berguna sebagai media ‘aktualisasi diri’. Banyak yang tidak tahu dan tidak ingin tahu tentang hal-hal sederhana seperti ini. Padahal, justru dari sinilah individu hingga sebuah bangsa bisa belajar tentang negaranya. 

Sebuah buku dongeng Turki favorit yang terbit pada tahun 1995 berjudul “Masal Masal İçinde” pun memiliki pesan eksplisit yang demikian. Dongeng ini memiliki pesan yang mendalam agar kita keluar dan berkelana, mencari ilmu pengetahuan dengan melihat keadaan yang sebenarnya di berbagai tempat. Bertemu orang sampai tantangan yang berbeda-beda. Apapun gelar dalam diri kita, idealnya tidak harus membatasi proses untuk belajar. Justru yang lebih penting adalah terus mengasah simpati dan kepekaan, berpikir-bertindak sederhana namun tegas dan cerdas, serta meluruskan rasa percaya diri dan keingintahuan.

“Masal-masal İçinde” sendiri merupakan sebuah buku dongeng yang ditulis oleh penulis novel tersohor Turki, Ahmet Ümit. Ia merupakan novelis akhir abad 20 yang masih aktif dengan karya-karya yang terus saja dinanti. Pria kelahiran Gaziantep ini sudah menerbitkan banyak karya. Beberapa karya sastra Ahmet Ümit yang terkenal di antaranya adalah Sokağın Zulası (The Street's Secret Hiding Place, 1998), Sis ve Gece (Fog and Night, 1996), Kar Kokusu (The Fragrance of Snow, 1998), Beyoğlu Rapsodi (Beyoğlu Rhapsody, 2003), Kavim (Tribe, 2006). Secara umum, karya-karyanya bercerita tentang kehidupan sosial dan perenungan yang terjadi dalam masyarakat Turki.

“Masal” sendiri merupakan bahasa Turki yangg bermakna “dongeng”, sementara “içinde” berarti “di dalam”. Secara harfiah, Masal Masal İçinde bermakna ‘Di dalam dongeng-dongeng’. Cerita dalam dongeng ini menyimpan pesan yang besar, berjangka panjang, namun terkadang sering terlupakan. Buku ini adalah satu dari beberapa buku sastra wajib untuk pelajar SMA di Turki. Namun demikian buku ini tetap dapat dinikmati berbagai kalangan dan masyarakat umum. Untuk memotivasi para pelajar untuk menekuni bidang literasi, ada satu pesan yang selalu disampaikan oleh pengajar, "karena sastra tidak mengenal usia,” demikian kata seorang dosen bahasa Turki yang seperti umumnya mewajibkan mahasiswa berbagai jurusannya untuk membaca buku-buku sastra, termasuk dongeng.


“Masal Masal İçinde” pun dapat menjadi referensi untuk siapa saja yang ingin mengasah kemampuan bahasa Turki. Seperti karya-karya sastra lain di Turki, buku ini dapat menambah pengetahuan kosa kata dan skill sastra, karena gaya bahasa serta penggunaan Osmanlıca atau bahasa Turki lama masa Ottoman dalam beberapa bagiannya. 


Sonia Dwita
Bergabung dengan tim Turkish Spirit. Calon mahasiswi S1 Journalism Studies, Selçuk University, Konya, Turki. Saat ini sibuk menikmati kelas persiapan bahasa Turki. Pernah aktif menjadi jurnalis remaja di Koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Concern dan turun tangan pada isu pendidikan dan lingkungan. Jatuh hati pada dunia seni khususnya musik, sejak belasan tahun silam. Sonia hobi menulis catatan harian juga puisi, kadang dibagi di blog pribadinya di sini.

Warisan Ilmu Nahwu dari Birgivi

11.13.00 2 Comments

Di Turki, salah satu ulama yang menekuni satu dari kedua ilmu tersebut (yakni ilmu nahwu) adalah Imam Birgivi

[Makam Imam Birgivi di Ödemiş, İzmir. Foto: Penulis]
Ketika mempelajari Bahasa Arab, kita sebagai seorang penuntut ilmu tidak akan terlepas dan tidak mau tidak mau harus berkenalan dengan caang ilmu alat, yaitu ilmu nahwu dan sorof. Dalam panggung sejarah, para ulama ilmu nahwu dan sorof memiliki dua sudut pandang yang berbeda yaitu antara ulama Basrah dan ulama Kuffah.

Di Indonesia mayoritas ulama para pelajar ilmu nahwu dan sorof mengikuti ulama Kuffah sedangkan di Turki mengikuti ulama Basrah. Di Turki, salah satu ulama yang menekuni satu dari kedua ilmu tersebut (yakni ilmu nahwu) adalah Imam Birgivi.

Mengenal Imam Birgivi

Imam Birgivi memiliki nama asli Taqiyuddin Mehmed bin Pir Ali. Dia lahir pada tahun 1523 M di desa Kepsud, Balıkesir, Turki dan wafat pada tahun 1573 M di desa Ödemiş, İzmir. Ayahnya adalah seorang sarjana terkenal pada pada zamannya. Imam Birgivi pergi ke Istanbul untuk melanjutkan pendidikannya dan ia menjadi guru di daerah Edirne. Selama di Istanbul Imam Birgivi melihat para ulama sufi yang menurutnya tidak sesuai dengan ajaran syariat islam. Imam birgivi meninggalkan banyak karya tulis yang sampai saat ini masih dilestarikan atau digunakan oleh para umat Muslim maupun non-Muslim, seperti para orientalis dan oksidentalis yang sedang mengkaji baik sejarah maupun ajarannya. 

Imam Birgivi, menurut penulis, merupakan ulama religius komprehensif, karena beliau mengabdikan hidupnya untuk agama Islam, juga tidak kurang dari 53 kitab telah ditulisnya dalam berbagai topik tentang permasalahan keislaman. Salah satu karya masterpiece-nya adalah al-Tariqah al-Muhammadiya yang ditulis dalam Bahasa Arab dan diterjemahkan dalam Bahasa Turki oleh Dr. Nedim YIlmaz berjudul Tarikat-I Muhammediyye, berisi tentang nasihat-nasihat ajaran-ajaran syariat Islam. Oleh karena itu, para sarjana tidak sedikit yang mengkaji ajaran etika sang Imam.

Imam Birgivi juga dikenal sebagai ulama Sufi, tentu saja karena pengaruh karya masterpiece-nya al-Tariqah al-Muhammadiya tersebut. Di dalam buku tersebut juga berisi tentang ajaran-ajaran untuk mengerjakan perintah Alquran dan Sunnah dan meninggalkan sesuatu yang bid’ah dan sesuatu yang meragukan (subhat). Meskipun dalam pengkajian buku tersebut oleh para sarjana menghasilkan perbedaan pandangan, Naoki Yamamoto (sarjana dari Jepang) melaporkan bahwa Imam Birgivi dalam bukunya al-Tariqah al-Muhammadiya mengkritik para sufi lain yang tidak sesuai dengan argumen beliau. Seperti para sufi yang melakukan tarian dan nyayian. Bagi Imam Birgivi, orang yang melakukan tarian dan nyanyian ialah tidak mengikuti perintah al-Quran dan Hadis. Tetapi itu adalah sebuah perbedaan argumen dan keduanya sama-sama memiliki dalil masing-masing.

Ilmu Nahwu

Kata Imam Birgivi syariat adalah maqam yang paling utama, oleh karenanya sudah barang tentu Imam Birgivi menguasai bahasa Arab sebagai pintu menuju pemahaman ilmu-ilmu syariat seperti Alquran, fikih, kalam, mantiq dll.

Selain buku al-Tariqah al-Muhammadiya, buku nahwu (grammar) merupakan karya masterpiece Imam Birgivi. Buku tersebut masih digunakan sampai saat ini oleh para santri yang sedang belajar Bahasa Arab khususnya di Turki. Buku Nahwu tersebut ada dua buku yaitu Awamil dan Izhar. Awamil dan Izhar merupakan buku nahwu yang mengikuti ulama Basrah. Seperti yang telah diketahui bahwa Turki menganut ulama Basrah dalam konteks ilmu nahwu dan sorof sedangkan di Indonesia menganut ulama Kuffah. Buku-buku yang termasyhur di pesantren salaf di Indonesia seperti al-Jurumiyyah, Imrity, dan Alfiyah.

Inilah beberapa warisan dari Imam Birgivi yang sangat berharga, karena warisan yang paling berharga adalah ilmu yang diamalkan dan ditulis. Karena kata Sayyidina Ali R.A; “Tulisan itu abadi. Tulislah sesuatu yang akan menyenangkanmu di akhirat nanti”. Semoga warisan-warisan Imam Birgivi bisa menyenangkan beliau dan pembaca di akhirat nanti. Wallahua’lam…


Warto’i Muzaffer
Lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Studi Agama-Agama. Sekarang sedang belajar Bahasa Arab di Kota Manisa, Turki.

Gadis Turki dan Cerita Cinta Indonesia

20.08.00 4 Comments

Apa bukti kalian cinta Indonesia?

[Çiğdem Akkurt. Foto dari Akun Instagram]
Namanya Çiğdem Akkurt, gadis Turki asli Laut Hitam. Bagi teman-teman yang suka mengikuti film Indonesia dengan subtitle Bahasa Turki pasti sudah tidak asing lagi dengan wanita satu ini. Yup! Çiğdem adalah orang dibalik penerjemahan film-film tersebut. Namanya juga tidak asing di forum-forum penerjemah film. Banyak yang mengenalnya apalagi karena ia adalah satu-satunya orang Turki yang menekuni hobi membuat subtitle Turki untuk film Indonesia. Kenapa disebut hobi karena Çiğdem mengaku yang ia kerjakan ini bukanlah profesinya, ia melakukan hal tersebut tanpa dibayar satu kuruş-pun alias sukarela.

Kurang lebih selama 13 tahun Çiğdem berhubungan dengan dunia Uzakdoğu atau negara-negara Asia Timur karena kegemarannya dengan anime. Setelah kegemarannya dengan dunia anime, Çiğdem mulai mencari tahu kisah anime dengan nuansa Islami dan beralih mencintai kegiatan menulis cerita. Sampai akhirnya Çiğdem menemukan banyak cerita anime bernuansa Islami yang ternyata karya orang Indonesia dan Malaysia. Ia pun mulai tertarik untuk mencari tahu lebih banyak lagi karya-karya visual dari dua negara tersebut berbekal media Youtube. Dari Youtube ia menemukan beberapa trial film karya orang Indonesia dan Malaysia. Kebahagiaannya semakin bertambah setelah ia tahu bahwa orang-orang yang membuat karya tersebut seorang Muslim. Melihat jalan cerita film yang ia temukan juga berkesan Islami, Çiğdem tertarik untuk memperkenalkannya ke Turki karena dirasa cocok untuk pemuda-pemudi Turki. Dan saat itu juga dia memulai menerjemahkan film-film tersebut ke dalam bahasanya.

Meskipun ia belum bisa berbahasa Indonesia dan terbatasnya sumber film Indonesia dengan subtitle berbahasa Inggris, hal tersebut tidak menyurutkan niat Çiğdem. Saat menceritakan pengalamannya dalam menerjemahkan film Assalammualaikum Beijing, usaha selama 3-4 bulan ia mencari orang Indonesia agar bisa membantunya berbuah manis. Bantuan berupa subtitle berbahasa Inggris kemudian ia terjemahkan sendiri ke dalam Bahasa Turki.

Dua bulan setelah ia membagikan subtitle tersebut tiba-tiba saja dia mendapatkan kabar bahwa film tersebut banyak digemari oleh masyarakat Turki. Setelah itu Çiğdem semakin bersemangat untuk membuat subtitle film-film Indonesia. Bahkan dalam suatu kesempatan, Çiğdem pernah berkeluh kesah langsung ke Asma Nadia perkara minimnya sumber untuk menerjemahkan film-film Indonesia. Sementara itu Çiğdem mengaku beberapa tahun terakhir film-film Indonesia mulai bangkit dan menempati hati penggemar di berbagai negara khususnya Turki.

Rasa cintanya terhadap Indonesia yang belum pernah ia tapaki langsung membuat banyak orang bertanya-tanya. Çiğdem mengaku sudah ratusan orang menanyakan hal yang sama, bagaimana ia bisa begitu mencintai Indonesia yang belum pernah ia lihat sendiri. Berbekal pengetahuannya selama ini Çiğdem juga memiliki banyak teman yang berasal dari Indonesia yang sangat mendukungnya. Ketika berkenalan dengan Tim TS, Çiğdem mengucap syukur akan kesamaan Indonesia dengan tanah kelahirannya, Karadeniz. Ia juga berencana akan mengunjungi Indonesia dalam waktu dekat. Selain itu untuk mendukung hobinya sekaligus niatnya mengenalkan Indonesia ke Turki, Çiğdem mulai mempelajari Bahasa Indonesia.

Di samping membuat subtitle Bahasa Turki, Çiğdem juga mulai membuat subtitle film Turki berbahasa Indonesia dengan bantuan dari teman-temannya. Ia mengaku mengetahui pamor sinetron Turki yang banyak digemari orang Indonesia. Sayangnya tayangan sinetron Turki tersebut tidak sesuai dengan harapannya dalam mencerminkan kebiasaan dan tradisi Turki. Untuk itu Çiğdem memutuskan membuat terjemahan film Turki berjudul “Kisah Kami” yang merupakan salah satu film Turki dengan nilai Islami. Usaha yang tidak mudah dilalui Çiğdem bersama tim kecilnya untuk menerjemahkan film tersebut. Ketika diwawancarai tim TS, Çiğdem mengucapkan terimakasih sekali lagi untuk timnya yang sudah berusaha keras membantunya.

Dari film-film Indonesia yang sudah ia tonton, Çiğdem mengutarakan rasa kagumnya dengan cerita film-film yang berhasil konsisten mempersembahkan nilai keislaman berbalut modernitas tanpa menodai harapan para penggemar.

“Aku sangat senang jika yang aku lakukan bisa bermanfaat seiring berkembangnya dunia perfilman Indonesia,” ungkap Çiğdem sembari menjelaskan keberhasilannya menjembatani film Indonesia-Turki dengan semakin banyaknya antusiasme penonton film Indonesia di Turki berkat subtitlenya. Dalam wawancara yang kami lakukan pada 22 Januari 20117, ia juga menyebutkan harapan untuk kelanjutan usahanya tersebut dengan platform yang dikenal dengan nama Turkendo.

Ketika diminta tim TS menyebutkan komentar dan harapannya untuk Indonesia, Çiğdem menyebutkan keyakinannya bahwa generasi muda Indonesia saat ini bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik meskipun akhir-akhir ini banyak diwarnai propaganda dan provokasi. Selain itu, Çiğdem juga menyebutkan optimismenya akan hubungan Indonesia-Turki. Seperti ketika ditelisik pada zaman Usmani, jika kedua negara harapan besar umat Muslim ini bersatu bisa menciptakan rasa cinta dan perdamaian dunia .

Sampai sekarang Çiğdem sudah menerjemahkan sekitar 9-10 film dan ia sedang mempersiapkan 3 film lainnya. Sebagai sebuah kejutan, Çiğdem tidak bersedia menyebutkan ketiga film yang sedang ia persiapkan tersebut. Baiklah kalau begitu kita tunggu saja postingan akun Endonezya Filmleri di laman facebook.

Nah, begitulah kira-kira percakapan singkat tim TS dengan Çiğdem. Dari percakapan ini kita bisa melihat rasa cinta Çiğdem Akkurt terhadap Indonesia ia buktikan dengan menjadi jembatan yang baik dan bermanfaat untuk hubungan kedua negara.

Sekarang giliran kalian, apa bukti kalian cinta Indonesia?

Wawancara dan transkrip oleh Roida Hasna Afrilita

Galeri dan Museum Seni Terbaik di Istanbul

22.54.00 2 Comments

.....dengan kesadaran seni postmodern atau avant-garde

[Modern Istanbul Mesum. Foto: http://1tb.iksv.org/venues/istanbul-modern/]
Istanbul adalah salah satu kota tua di Eropa yang menyimpan banyak karya seni. Di antara kota-kota di Turki yang secara langsung bersentuhan dengan kemajuan dan kesadaran ilmu pengetahuan dan kesenian, Istanbul menjadi kota yang terdepan di Turki. Bagi Anda yang mencintai seni, jangan lewatkan 10 museum terbaik bisa dikunjungi di Istanbul berikut ini.

Istanbul Modern

Istanbul Modern adalah galeri seni di sebuah gudang besar di tepi Bosphorus, salah satu galeri seni paling menonjol dari galeri kontemporer Istanbul. Di sini pula dihelat acara-acara kesenian internasional dan Biennale. Ada pameran permanen yang menyajikan sejarah seni Turki modern kepada para pengunjung. Galeri ini terletak di Meclis-i Mebusan Caddesi. Liman İşletmeleri, Sahasi Antrepo 4, Karaköy, +90 212 334 7300, www.istanbulmodern.org. Anda bisa masuk dengan uang tiket sekitar TL14 (£ 5).

Galeri Manâ
[Mana Galeri. Foto: http://www.cornucopia.net]
Ini galeri tergolong baru. Dibangun tahun 2011 oleh kurator terkenal Turki-Amerika Suzanne Egeran. Nama Manâ berasal dari bahasa Turki untuk "makna", dengan mempromisikan integrasi ide seni konseptual dari Turki dan pekerja internasional. Acara pengukuhan galeri ini menampilkan seni ide (idea-led art) yang diprakarsai langsung oleh Sol LeWitt dan Robin Rhode. Pada acara pembukaan, Galeri Manâ menampilkan pameran karya seniman peraih-banyak penghargaan asal Berlin Nasan Tur dengan serangkaian karya fotografi berupa gerakan tangan bertopik politik. Galeri ini berlokasi di Jalan Ali Pasha Değgirm Thani 16-18, +90 212 243 6666, www.galerimana.com. Tiket gratis.

Garasi Istanbul

Terkenal dengan nama garajstanbul, terselip di antara jalan curam dan berundak di belakang Beyoglu. Garasi adalah contoh dari kinerja seni ruang kontemporer untuk seni non-profit seni. Pernag mengadakan festival seni pertunjukan tentang diktator dan korupsi, yang menyerukan "permainan politik". Tempat ini disokong oleh keramaian Taksim dengan bar dan klub malam sehingga membuat orang mudah dikunjungi. Di samping itu, ada galersi kesenian ini diramaikan oleh acara-acara kompetisi seni dan konser dari band-band indie. Garasi Istanbul terletak di Kaymakam Reşat Bey Sokak 11, +90 212 244 4499, alamat websitenya www.garajistanbul.org. Harga tiket tergantung acara pertunjukan.

Rodeo

Rodeo dianggap salah satu ruang seni yang paling menarik di Istanbul, menampilkan seni berkualitas tinggi dan berkelas internasional, dengan kesadaran seni postmodern atau avant-garde. Kurator Sylvia Kouvali awalnya mewakili seniman dari Turki, Yunani dan Siprus sebelum pindah ke acara yang lebih regional dan kemudian terkenal di tingkat internasional. Di sini Anda akan menemukan segala instalasi asli terdiri dari puluhan warna air dengan re-kontekstualiasi yang super, potongan siap pakai yang diambil dari buku-buku lama dan album foto. Galesi ini seperti ini memberikan ruang yang fantastik bagi pertunjukan multidisiplin dan kesenian mutakhir, seperti seniman Cevdet Erek yang pernah menampilkan potongan-potongan karpet tergantung di dinding. Anda bisa masuk dengan gratis. Radeo bertempat di Lüleci Hendek Caddesi 12, Tophane, +90 212 293 5800, kunjungi www.rodeo-gallery.com.

Galerist

Galerist diklaim sebagai representasi eskotik Istanbul dengan meringkas kota tua tersebut ke dalam sebuah lanskap galeri seni, bertempat di Misir Aparmani, konsep bangunan abad ke-19 dengan desain indah di Beyoğlu. Galeri ini istimewa tidak hanya karena dipenuhi 360 bar dan klub di lantai atas tapi sekaligus menjadi salah satu galeri terbaik di kota Istanbul. Selama satu dekade terakhir, Galerist telah menyelenggarakan proyek fotografi oleh desainer Hüseyin Caglayan dan seniman lukis hiper-realistis Taner Ceylan. Anda mungkin tidak butuh berpikir ruwet di sini untuk menikmati keelokan karya seni di Istanbul, tapi secara umum Anda akan berdecak kagum, istimewa dan... keren! Galeri ini berlokasi di Misir Aparmani 163/4, Istiklal Caddesi, Beyoğlu, +90 212 244 8230, www.galerist.com.tr dengan tiket masuk gratis.

Arter

Galeri Arter mempunyai subjudul sederhana tapi komprehensif: "Ruang untuk Seni." Setelah melakukan banyak pameran karya seni, galeri yang bertempat di distrik paling sibuk di Istanbul Istiklal Caddesi itu dengan cepat mendapatkan reputasi sebagai platform yang cerdas untuk seni Turki. Meskipun besar, terang dan remang, Galeri Arter diatur seperti studio dari sebuah museum dan mendorong produksi pameran spesifik, seperti sebuah pertunjukan instalasi yang pernah dilakukan Deniz Gül dengan menghadirkan peti mati dan lemari. Sebagai wajah dari sebuah yayasan budaya yang besar didukung oleh salah satu kelompok bisnis terbesar Turki, Arter mempunyai koneksi internasional yang kuat, termasuk galeri kembarnya, bernama Tanas, di Berlin. Galeri ini terletak di Istiklal Caddesi, Beyoğlu, +90 212 243 3767, www.arter.org.tr. Tiket mask gratis.

Galeri Nev

Terletak di lantai atas Galeri Galerist, sebuah galeri dengan konsep yang berbeda bernama Galeri Nev, didirikan di Ankara pada tahun 1980. Galeri ini ingin menggabungkan seni baru Turki dengan volume sejarah seni dan catalog seni Turki. Galeri ini terletak di Maçka Caddesi 33, B Maçka, +90 212 231 6763; Istiklal Caddesi 163, Misir Apartment 5th Floor, Beyoğlu, +90 212 252 1525, www.galerinevistanbul.com, dengan tiket masuk gratis.

Museum Pera

Ini sebuah gedung museum yang lengkap dengan ruang galeri. Anda yang menyukai seni dan berkunjung ke Istanbul, museum ini adalah spot yang tak boleh dilewati. Koleksi utama sebenarnya adalah lukisan-lukisan dengan karakter oriental dan barang-barang tua-berat seperti ubin Ottoman. Namun demikian, penyuka seni modern juga perlu menikmati karya-karya seniman terkemuka seperti Picasso, Botero dan Chagal. Anda bisa menikmati pertunjukan dari atas ke bawah, dengan lantai cerah, putih, dan ruang museum yang dipoles indah-artistik. Di samping itu ada pemutaran rutin film-film asing klasik. Pera terletak sekitar sepelemparan batu dari salah satu hotel tua-terkenal bernama Pera Palace Hotel di Istanbul. Pera Museum beralamat di Mesrutiyet Caddesi 65, 34443 Tepebasi, Beyoğlu, +90 212 334 9900, kunjungi juga www.peramuzesi.org.tr, dengan biaya masuk sekitar TL12 atau £ 3,50.

Santral Istanbul

Terletak di lingkungan yang lebih hijau daripada Tophane dan lebih damai daripada Beyoğlu, galeri Santral Istanbul ini surga yang terletak di Golden Horn. Kurator menyatukan pameran sebagai pelajaran eklektik internasional, dari arsitektur Jerman ke desain Italia dan dari seni kontemporer Kolombia, dengan fokus sesekali untuk mata pelajaran tentang elektrik yang diajarkan di Bilgi University, yang menempati sebagian besar pembangkit listrik yang dikonversi sejak era Ottoman. Di siang hari, blok baja dan kaca berbentuk kubus yang membentuk ruang galeri yang gelap dan memaksakan dari luar, tetapi pada malam hari, ketika diterangi, mereka seperti hadir untuk hidup. Santral Istanbul terletak di Eski Silahtarağa Elektrik Santrali, Kazim Karabekir Caddesi 2, Eyüp, +90 212 311 7878, www.santralistanbul.org dengan tiket masuk sekitar TL12  atau £ 3,50.

Yapi Kredi Kültür Merkezi
[Pameran di Yapi Kredi. Foto http://www.narsanat.com/]

Yapi Kredi bukan hanya terkenal sebagai penerbit buku berkelas dan bank di Turki, mereka juga mempunayi pusat seni dan budaya yang sangat elegan. Sebenarnya ada beberapa perusahaan holdings lainnya di Turki dengan mempunyai cabang khusus di bidang kesenian. Lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pameran di sini, meskipun penuh dengan desain eklektik, tetap sangat mengesankan. Galeri seni dua kamar tersebut biasanya menyajikan keseimbangan bagi seni arkeologi (teks-berat dan pendidikan), seni fotografi dan seni kontemporer. Galeri ini terletak di Istiklal Caddesi 161, Beyoğlu, +90 212 252 4700, www.ykykultur.com.tr dengan biaya masuk gratis.

(@_bje/bjeben)